Kupang, NTT (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan (year-on-year/yoy) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 2,71 persen pada Agustus 2025, lebih rendah dibandingkan inflasi Juli 2025 yang mencapai 3,01 persen (yoy).
“Inflasi yoy Provinsi NTT pada Agustus 2025 masih dalam rentang target pemerintah sebesar 2,5 ± 1 persen),” kata Kepala BPS Provinsi NTT Matamira B. Kale di Kupang, Senin.
Ia menyebutkan secara yoy, inflasi tertinggi terjadi di Maumere 4,82 persen, disusul Kabupaten Ngada 4,11 persen, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) 4,05 persen, Kota Kupang 1,79 persen dan Waingapu 1,51 persen.
“Tiga wilayah mengalami inflasi yoy di luar target. Inflasi yoy ini erat kaitannya dengan kondisi tahun lalu di mana harga-harga komoditas cenderung lebih murah dibandingkan kondisi saat ini,” kata dia.
BPS Provinsi NTT juga mencatat inflasi tahun kalender (year to date) sebesar 1,45 persen. Inflasi tahun kalender menunjukkan inflasi akumulasi selama tahun 2025.
Sementara itu pada Agustus 2025, NTT mengalami deflasi sebesar 0,55 persen secara bulanan (m-to-m). Deflasi m-to-m Agustus 2025 disebabkan penurunan empat dari sebelas kelompok pengeluaran yang dipantau BPS.
Matamira menyebutkan komoditas yang memberi andil pendorong deflasi m-t-m tertinggi di antaranya, cabai rawit 0,32 persen; angkutan udara 0,16 persen; tomat 0,09 persen; kangkung 0,05 persen dan sawi hijau 0,04 persen.
Ia menjelaskan komoditas hortikultura yang mendorong deflasi tersebut, pada bulan Agustus memasuki masa panen yang menyebabkan harga lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.
“Penyebab dominan deflasi m-to-m Juli 2025 adalah turunnya indeks harga pada kelompok Makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,16 persen dengan andil -0,43 persen serta kelompok transportasi sebesar 0,87 persen dengan andil -0,12 persen,” katanya.
Sebaliknya, penghambat deflasi m-to-m Agustus 2025 (yang mengalami inflasi) adalah kelompok kesehatan dengan inflasi 0,93 persen dan andil sebesar 0,01 persen diikuti oleh kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga dengan inflasi 0,17 persen dan andil 0,01 persen.
Ia menambahkan jika dilihat berdasarkan wilayah cakupan IHK di Provinsi NTT, deflasi m-to-m terjadi di Waingapu sebesar 1,28 persen, Kabupaten Timor Tengah Selatan sebesar 0,98 persen dan Kota Kupang sebesar 0,59 persen.
“Sedangkan inflasi m-to-m terjadi di Maumere sebesar 0,48 persen dan Kabupaten Ngada sebesar 0,46 persen,” katanya.

