Kupang (ANTARA) - Pembangunan bendungan Manikin di Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang menjadi salah satu proyek strategis nasional terhambat pembangunannya akibat kurangnya anggaran pembangunan bendungan tersebut.
"Kami masih kekurangan sekitar Rp1 triliun untuk bisa menuntaskan pekerjaan bendungan ini. Karena itu target penyelesaian bergeser ke tahun 2028," kata Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Nusa Tenggara II, Parlinggoman Simanungkalit di Kupang, Selasa.
Dia mengatakan hal ini berkaitan dengan perkembangan pembangunan bendungan Manikin yang semula dijadwalkan sudah selesai pada 2026 namun karena terkendala beberapa hal salah satunya anggaran sehingga mundur hingga 2028.
Dia menjelaskan, hingga kini, progres fisik bendungan baru mencapai sekitar 66 persen, sementara realisasi keuangan baru 62 persen.
Dia mengakui alokasi anggaran tahunan yang diberikan masih terbatas lantaran kebijakan nasional saat ini lebih memprioritaskan program ketahanan pangan.
Selain masalah pendanaan, pembangunan juga menghadapi hambatan teknis, terutama kondisi geologi unik berupa tanah lempung khas bobo naro clay yang menyebabkan pergeseran berulang pada terowongan bendungan.
"Situasi itu membuat strategi konstruksi harus diubah dengan mempercepat pemasangan lining (lapisan pelindung) beton," ujar dia.
Pemerintah juga masih menyelesaikan penanganan dampak sosial pembangunan, terutama pembebasan lahan yang sebelumnya masuk kawasan hutan lindung.
"Untuk kebutuhan ini, tahun depan disiapkan anggaran sekitar Rp148 miliar," ujar dia.
Dia mengatakan pada saat kunjungan kerja Wapres Gibran pada Mei lalu dan meninjau bendungan Manikin, dia juga sudah menyampaikan secara khusus terkait anggaran pembangunan bendungan itu.
Kala itu Wapres berjanji akan membuka kran anggaran untuk percepat pembangunan bendungan itu.
"Saya sampaikan, akan lebih baik jika pembangunan bendungan ini dipercepat. Jika 2027 bisa selesai akan lebih baik lagi," ujar dia.
Bendungan Manikin di Kabupaten Kupang merupakan bendungan dengan luas lahan 6,7 kilometer, dinilai mampu dimanfaatkan untuk ketahanan pangan dengan irigasi 570,86 hektare.
Untuk ketahanan energi, bendungan tersebut bisa berguna untuk PLTS Apung dengan potensi mencapai 29,8 megawatt, lalu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro dengan potensi listrik mencapai 0,125 megawatt.
Sementara untuk ketahanan air bakunya mencapai 700 liter per detik, dan dapat memenuhi kebutuhan air bagi warga Kota Kupang dan Kabupaten Kupang dengan masing-masing daerah dapat menyerap 350 liter per detik.
Bendungan ini merupakan satu dari 7 bendungan yang dibangun oleh pemerintahan sebelumnya, untuk pemenuhan kebutuhan air bersih di wilayah tersebut.

