Beda pilihan politik tak boleh merusak kerukunan, kata MUI

id mui ntt

Beda pilihan politik tak boleh merusak kerukunan, kata MUI

Ketua MUI NTT, Abdul Kadir Makarim (Kanan) dan Ketua Bawaslu NTT, Thomas Djawa (kiri) ketika menandatangani kesepakatan kerja sama pengawasan partisipatif Pemilu 2019 di Kupang, Jumad. (21/12/2018). (ANTARA FOTO//Bernadus Tokan).

"Kemarin kita mungkin berbeda pilihan politik, tetapi kita semua adalah satu warga bangsa. Mari bersama menjaga kerukunan dan kedamaian di negara ini dari usaha-usaha untuk memecah belah," kata Ketua MUI NTT Abdul Kadir Makarim.
Kupang (ANTARA) - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) H Abdul Kadir Makarim menghimbau seluruh warga bangsa, agar perbedaan pilihan politik dalam Pemilu 2019, tidak boleh merusak kerukunan dan kedamaian di negara ini.

"Kemarin kita mungkin berbeda pilihan politik, tetapi kita semua adalah satu warga bangsa. Mari bersama menjaga kerukunan dan kedamaian di negara ini dari usaha-usaha untuk memecah belah," kata Abdul Kadir Makarim kepada Antara, di Kupang, Senin (22/4).

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan sikap para politisi dalam merespon hitung cepat hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden oleh lembaga-lembaga survei.

Menurut dia, MUI tidak ingin pesta demokrasi lima tahunan ini menjadi ajang untuk saling menyerang antara sesama anak bangsa, apalagi mengganggu kerukunan dan kedamaian.

Dalam hubungan dengan hasil Pemilu, MUI mengimbau agar semua pihak tetap tenang dan menunggu hasil akhir yang akan diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai institusi penyelenggara pemilu.

"Karena berita-berita sudah simpang siur, tidak keruan, maka sebaiknya kita menunggu hasil akhir dari KPU. Semoga kita semua lebih bersabar sambil berdoa, kiranya Tuhan menjaga bangsa dan negara Indonesia dari hal-hal yang merusak kerukunan dan kedamaian di negara kita," kata Makarim.

Dia juga mengimbau para elit politik, untuk tidak lagi membuat pernyataan-pernyataan yang dapat memecah belah warga bangsa, dan mengadu domba sesama warga.

"Pesta sudah selesai. Mari kita bergandengan tangan untuk mendukung pemimpin pilihan rakyat untuk bersama membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik dan dihormati oleh bangsa lain," kata Abdul Kadir Makarim.

Baca juga: Jangan kotori hasil Pilpres dengan narasi provokatif
Baca juga: Klaim kemenangan Pilpres berpotensi timbulkan konflik