Pemerintah benahi rumah adat para rato di Sumba

id Rumah adat sumba

Pemerintah benahi rumah adat para rato di Sumba

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumba Barat Daya, Christofel Horo. (ANTARA FOTO/istimewa)

"Tahun ini kami dapat bantuan dari pemerintah provinsi untuk pembenahan satu rumah adat tempat berkumpulnya para rato di kampung Mbukubani, Kecamatan Kodi," kata Christofel Horo.
Kupang (ANTARA) - Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Christofel Horo, mengemukakan pihaknya segera membenahi rumah adat para rato (pemangku adat) di daerah setempat dengan bantuan dana dari Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

"Tahun ini kami dapat bantuan dari pemerintah provinsi untuk pembenahan satu rumah adat tempat berkumpulnya para rato di kampung Mbukubani, Kecamatan Kodi," katanya ketika dihubungi ANTARA dari Kupang, Selasa (25/6).

Ia mengatakan, bantuan tersebut senilai sekitar Rp250 juta lebih untuk memperbaiki rumah adat yang sudah ambruk dan tidak bisa digunakan lagi. Rumah adat yang akan dibangun itu merupakan tempat penting karena menjadi pusat berkumpulnya para pemangku adat (rato) untuk membicarakan dan mengatur berbagai kegiatan adat dan budaya setempat.

"Rumah adat ini merupakan rumah besar para rato yang biasanya berkumpul untuk membicarakan berbagai urusan adat termasuk ritual pasola (tradisi berkuda masyarakat di Pulau Sumba)," katanya.

"Tapi sudah ambruk sehingga rapat-rapat para pemangku adat sudah hijrah ke rumah lain di kampung adat setempat," katanya dan menambahkan tim dari pemerintah provinsi sudah turun ke lapangan untuk persiapan pembangunan rumah adat tersebut.

"Kita harapkan rumah adat bagi para rato itu sudah bisa dibangun dalam tahun ini sehingga tahun depan sudah bisa digunakan untuk membicarakan kelancaran kegiatan pasola," katanya.
Warga bersantai di beranda rumah adat di Kampung Adat Waiyapu di Desa Wainyapu, Kecamatan Kodi Balaghar, Kabupaten Sumba Daya Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamis, (25/2). Kampung dengan rumah adat (Uma Kalada) berjumlah 60 unit termasuk di dalamnya ada 1.058 buah batu kubur megalitik tersebut menjadi situs budaya dan salah satu tujuan wisata di NTT. (ANTARA FOTO/Darwin Fatir)