Mengelola keberagaman adalah tantangan terberat Indonesia saat ini

id Tantangan Bangsa

Mengelola keberagaman adalah tantangan terberat Indonesia saat ini

Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Pendeta Merry Kolimon (tengah) berpose dengan sejumlah pengemarnya di Kota Kupang, Minggu (18/8/2019). (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)

Tokoh agama di Nusa Tenggara Timur menilai di usia ke-74 ini Indonesia akan semakin banyak menghadapi berbagai macam tantangan, dan salah satunya di antaranya adalah mengelola keberagaman bangsa.
Kupang (ANTARA) - Tokoh agama di Nusa Tenggara Timur menilai di usia ke-74 ini Indonesia akan semakin banyak menghadapi berbagai macam tantangan, dan salah satunya di antaranya adalah mengelola keberagaman bangsa.

"Salah satu isu yang saya pikir perlu mendapatkan perhatian serius Indonesia adalah mengelola keberagaman, karena di lihat dari sisi ekonomi kita sudah berkembang maju," kata Ketua Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Pendeta Merry Kolimon kepada ANTARA di Kupang, Minggu (18/8).

Hal ini disampaikannya ketika ditanya soal harapan dari tokoh agama di NTT bagi Indonesia yang sudah memasuki usianya ke-74 yang dirayakan pada Sabtu (17/8).

Ia mengatakan bahwa Indonesia sendiri patut berbangga karena perekonomiannya terus meningkat selama empat tahun terakhir ini.

Bahkan Indonesia saat ini, bukan lagi disebut sebagai negara miskin di dunia tetapi masuk kategori negara "midlle class", kata Kolimon.

"Namun di satu sisi seperti yang saya katakan tadi radikalisme dan juga politik berbasis identitas menguat dalam dinamika politik berbangsa dan bernegara," tutur dia.

Masalah seperti keberagaman itu, kata dia, bukan hanya tugas pemerintah, namun juga tugas semua masyarakat di Indonesia, termasuk di antaranya gereja.

Baca juga: SDM berkualitas syarat utama kemajuan suatu daerah

Karena, menurut dia, kemajuan secara ekonomi, juga harus disertai dengan komitmen bersama untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa agar NKRI tetap kokoh untuk selamanya.

"Dengan begitu Indonesia akan menjadi sebuah bangsa dan tetap terus mengupayakan keadilan sosial bagi rakyatnya yang  terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Sanghie Talaud sampai Pulau Rote," ujar Kolimon.

Sementara salah satu tokoh masyarakat di NTT, Esthon Foenay mengatakan bahwa di usia Indonesia ke-74 dan dengan tema SDM Unggul menunjukkan bahwa pemerintahan Jokowi ingin membangun SDM Indonesia menghadapi dunia yang terus berkembang.

Di sisi lain, kata dia, untuk NTT sendiri sudah sejak lama memiliki pahlawan-pahlawan yang berguna bagi bangsa dan negara.

"Kita bersyukur karena NTT punya nama-nama berpengaruh yang disebut sebagai pahlawan, seperti Prof Wilhelmus Zakaria Johannes yang menjadi ahli radiologi pertama di Indonesia," tutur dia.

Menurut dia, anak-anak muda NTT harus bisa meneladani para pahlawan dari NTT untuk terus berkreasi dan berinovatif agar bisa berguna tidak hanya bagi daerah tetapi bagi bangsa dan negara.

Baca juga: Rektor asing bukan jawaban terhadap upaya meningkatkan SDM
Baca juga: Jokowi berkomitmen bangun SDM di NTT