Tarif Hotel Nihiwatu Tidak Bisa Diintervensi

id Tarif Hotel

Tarif Hotel Nihiwatu Tidak Bisa Diintervensi

Hotel Nihiwatu di Sumba Barat Daya dengan tarif semalam 650 dollar AS (Rp8,5 juta) untuk One Bedroom Villa sampai 12.000 dollar AS (Rp157 juta) yang sulit dijangkau wisatawan domestik.

"Meskipun tarif Hotel Nihiwatu dinilai mahal dan sulit dijangkau wisatawan lokal, harga itu tidak bisa diintevensi oleh pemerintah," kata Marius Ardu Jelamu.

Kupang (Antara NTT) - Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Nusa Tenggara Timur Marius Ardu Jelamu mengatakan tarif menginap di Hotel Nihiwatu, Kabupaten Sumba Barat tidak bisa diintervensi.

"Meskipun tarif Hotel Nihiwatu dinilai mahal dan sulit dijangkau wisatawan lokal, harga itu tidak bisa diintevensi oleh pemerintah," katanya saat dihubungi Antara di Kupang, Selasa, terkait tarif Hotel Nihiwatu yang dinilai sulit dijangkau wisatawan dalam negeri.

Marius mengakui,tarif permalam kamar Nihiwatu yang dimulai mulai dari 650 dollar AS (Rp8,5 juta) untuk One Bedroom Villa sampai 12.000 dollar AS (Rp157 juta) untuk Five Bedroom Estate sulit dijangkau wisatawan domestik pada umumnya.

"Memang dinilai mahal namun mengenai tarif kan masing-masing hotel punya kebijakan dan strategi managemen untuk promosi dan bagaimana keberdaan hotelnya," katanya.

Menurutnya, walapun mahal namun sebagian besar pendapatan yang diraup manajemen hotel tersebut telah didonasikan untuk pemberdayaan masyarakat setempat.

"Tapi perlu diingat meskipun mahal tapi uang itu dikembalikan lagi ke masyarakat karena 70 persen - 80 persen dana CSR (Corporate Social Responsibility) disalurkan untuk berdayakan masyarakat di Sumba," katanya.

Dia mengatakan, Hotel Nihiwatu telah terpilih sebagai hotel terbaik nomor 1 dalam ajang "World`s Best Travel Awards 2016" mengalahkan deretan hotel bergengsi lainnya di dunia seperti di Australia, Selandia Baru, AS, Cile.

Menurutnya, terpilihanya Nihiwatu sebagai hotel terbaik bukan semata berhasil memadukan keindahan alam, kemewahan, dan kearifan budaya lokal, namun hotel tersebut dinilai telah berhasil menyerap tenaga kerja lokal dan memberdayakan masyarakat setempat.

"Sekitar 90 persen tenaga kerja di Nihiwatu merupakan masyarakat lokal atau lebih dari 400 orang dengan gaji pokok untuk kelas pelayan hotel berkisar dari Rp4 juta sampai Rp5 juta," katanya lagi.

Marius mengatakan, bagi wisatawan domestik, tarif inap Nihiwatu mungkin sangat mahal karena umumnya wisatawan hanya melihat nilainya tanpa mengetahui bagimana managemen hotel mengelola uang tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

"Ini yang dilihat sebagai sesuatu yang istimewa dari orientasi investor membangun hotel tersebut, tidak hanya keuntungannya tapi banyak juga untuk pemberdayaan masyarakat melalui Yayasan Sumba," katanya.

Dia menambahkan, meskipun begitu, tidak semua wisatawan domestik sulit menjangkau tarif tersebut karena banyak orang-orang kaya dari berbagai kota juga menggunakan fasilitas hotel tersebut.

"Walaupun mahal dan kesannya hanya untuk orang-orang mampu tapi hotel itu tetap ramai dipesan oleh wisatawan baik domestik maupun asing," katanya.