Sulamanda hasilkan puluhan juta rupiah untuk Mata Air

id Wisata pantai

Sulamanda hasilkan puluhan juta rupiah untuk Mata Air

Para wisatawan beraktivitas di objek wisata Pantai Sulamanda yang berada di Desa Mata Air, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. (ANTARA FOTO/HO-Pemdes Mata Air)

“Terhitung dari Mei-Oktober tahun ini pemasukan desa dari wisata Pantai Sulamanda yang tercatat lebih dari Rp80 juta atau rata-rata belasan juta per bulan,” kata Benyamin Kanuk.
Kupang (ANTARA) - Kepala Desa Mata Air di Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Benyamin Kanuk mengemukakan bahwa objek wisata Pantai Sulamanda di daerah itu menghasilkan pendapatan hingga puluhan juta rupiah untuk desa setempat.

“Terhitung dari Mei-Oktober tahun ini pemasukan desa dari wisata Pantai Sulamanda yang tercatat lebih dari Rp80 juta atau rata-rata belasan juta per bulan,” kata Benyamin Kanuk ketika dihubungi ANTARA dari Kupang, Jumat (1/11).

Dia mengatakan, sebagian besar pendapatan diperoleh dari pembelian tiket masuk dengan tarif bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan roda dua senilai Rp2.000 dan Rp5.000 untuk pengguna roda empat.

Selain itu, lanjutnya, pendapatan juga masuk dari penyewaan dua lapak yang dimanfaatkan pengunjung dalam bentuk rombongan, serta pemanfaatan toilet.

“Untuk lapak ini disewa dengan biaya Rp100.000 untuk sekali pakai tanpa ada batas waktu, kemudian karena tidak ada listrik di sana maka kami juga sediakan ganset yang disewa untuk sekali pakai sebesar Rp150.000,” katanya.

Baca juga: Wakil Bupati dukung Gubernur NTT bangun wisata Haubenkase
Baca juga: Haubenkase mulai dikembangkan Pemkab Kupang jadi obyek wisata


Benyamin mengatakan, jumlah kunjungan wisatawan ke Pantai Sulamanda terus menunjukkan perkembangan positif dengan rata-rata paling kurang 200 orang per hari dan pada akhir pekan mencapai lebih dari 500 orang.

Pemerintah desa, lanjutnya, melalui penyertaan modal ke Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Ina Huk terus mengembangkan objek wisata yang mengandalkan keindahan alam laut dan pantai itu sebagai sumber pendapatan desa maupun ekonomi masyarakat setempat.

Dia menjelaskan, saat ini beberapa warga setempat telah membuka lapak usaha kuliner maupun menghadirkan hiburan berupa pertunjukkan musik di objek wisata itu.

Dari sisi fasilitas penunjang, lanjut Benyamin, pemerintah desa juga mengalokasikan anggaran dari Program Dana Desa pada 2019 ini sebanyak Rp350 juta untuk pembangunan gedung serba guna.

“Hanya saja kami masih kekurangan fasilitas dasar terutama air yang masih mengandalkan pasokan dari mobil tanki dan juga listrik yang belum tersambung ke objek wisata sehingga kami berharap dukungan dari pemerintah daerah untuk kebutuhan ini,” katanya.

Baca juga: Pengembangan kawasan wisata Pantai Liman ditargetkan selesai Oktober
Baca juga: Rp8,7 miliar untuk kembangkan tujuh kawasan wisata di NTT