Artikel - Ramainya ruang terbuka umum di Kota Karang

id TAMAN

Artikel - Ramainya ruang terbuka umum di Kota Karang

Ruang terbuka umum di Bundaran Taman Tirosa Kupang pada malam hari. (ANTARA Foto/Katarina LB)

Manfaat dari Smart City bukan hanya memudahkan warga saja, masih ada beberapa manfaat dari suatu kota yang menggunakan konsep ini, yaitu menjadi kota layak huni bagi setiap warga kotanya.
Kupang (ANTARA) - Menjamurnya kafe atau kedai kopi di Kota Kupang, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini memang tidak bisa dipungkiri. 

Kafe tak hanya hadir di tepi-tepi jalan raya, tapi juga merasuk ke gang-gang kecil, khususnya di seputaran area tempat tinggal mahasiswa.

Kafe biasanya diperuntukkan sebagai tempat nongkrong, dimana anak muda pada umumnya biasa berkumpul untuk berdiskusi, mulai dari persoalan yang remeh hingga ke persoalan serius, atau sekadar bercerita dan berbagi kisah.

Tak hanya kafe,  taman-taman  juga kini mulai diminati kaum muda Kota Kupang, meski tak banyak  yang terbilang  nyaman bagi anak muda.

Beberapa spot memang tersedia, misalnya, Taman Nostalgia, Taman Dewa, dan yang terbaru ialah Taman Tirosa, yang terletak di seputaran Bundaran Tirosa atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan Bundaran PU.

Bundaran PU menjadi pilihan nama karena jauh sebelum patung Tirosa (Timor, Rote, Sabu) itu dibangun, bundaran tersebut  hanya ditempati satu Kantor Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Kupang  pada saat itu.

Bundaran yang mengelilingi patung Tirosa itu kemudian diberi nama dengan Jalan Bundaran PU, meski kantor Dinas PU Kabupaten Kupang itu sudah diruntuhkan, dan telah diganti dengan sebuah pusat perbelanjaan bernama Hyper Mart.

Apakah ke depan nanti, Bundaran PU akan diganti lagi namanya menjadi Bundaran HI (Hyper Mart) atau Bundaran PLN, hanyalah waktu yang akan menjawabnya.

Para penjaja kopi terlihat menyiapkan sejumlah baliho bekas sebagai alas duduk bagi para pengunjung, sehingga mereka pun lebih leluasa berinteraksi satu sama lain.

Dede, salah seorang penjaja kopi menuturkan sudah sekitar empat bulan ia dan beberapa temannya yang tergabung dalam Komunitas Kopi Keliling menjajakan berbagai jenis kopi, baik kopi instan, maupun kopi bubuk asli seperti kopi Bajawa dan Manggarai, di area Taman Tirosa tersebut.

“Setiap hari, dari sekitar jam setengah delapan sampai jam dua atau tigalah jualan di sini,” kata Dede.

Dede yang juga merupakan mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Niaga Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang tersebut mengaku omzet yang didapatkan rata-rata bisa mencapai Rp50.000 per malam, tergantung pada jumlah pengunjung yang mau mengonsumsi kopi dari hasil jualannya.

“Paling ramai malam minggu. Itu biasanya di sini penuh. Banyak yang nongkrong, kadang juga teman-teman komunitas atau organisasi diskusi di sini,” tambahnya.

Kendati sudah empat bulan berjualan, Dede dan teman-temannya belum memiliki izin resmi dari pihak Pemerintah Kota Kupang, namun diakuinya, dalam waktu dekat, Komunitas Kopi Keliling yang menaunginya dan sejumlah penjaja kopi lainnya akan segera mengurus perizinan yang dimaksudkan.

“Tadi ada Satpol PP yang datang cek izin. Ya kami memang sudah berniat untuk urus izin. Jadi pasti nanti akan diurus. Komunitas sudah berkomitmen untuk itu,” tutup Dede.

Sementara itu, Riko Kota, salah satu pengunjung ketika ditemui pada malam Minggu (9/11) mengungkapkan ketertarikannya pada Taman Tirosa yang dirasanya lebih natural sebagai tempat nongkrong.

“Di sini nyaman dan bebas. Asik ngobrol di bawah atap langit. Sambil lesehan begini rasanya lebih sederhana dan natural. Cocok buat anak muda,” katanya.

“Harga (kopi) di sini juga relatif murah, sesuailah dengan isi kantong mahasiswa,” ujarnya.

Riko berharap semakin banyak area terbuka yang bisa menjadi titik kumpul kaum muda untuk saling berbagi ide kreatif di tengah maraknya komunikasi virtual dewasa ini, sehingga rasa kebersamaan tidak luntur dan sirna.
Taman Tirosa di Bundaran PU Kota Kupang. (ANTARA FOTO/Laurensius Molan).
Pemerintah Kota Kupang saat ini, terus membangun sejumlah ruang terbuka umum sebagai tempat nongkrong kaum milenial pada malam hari serta menjadi tempat diskusi bebas bagi para mahasiswa.

Kota yang pintar juga dapat memberikan kenyamanan terhadap masyarakatnya dengan adanya pelayanan parkir yang tertata rapi. Masyarakat juga merasa senang, karena lampu yang menerangi seluruh kota.

Seiring perkembangan kehidupan manusia membuat kompleksitas permasalahan pada suatu kota turut berkembang semakin cepat. Metode solusi secara konvensional telah dilakukan, tapi permasalahan juga bertambah banyak.

Dengan demikian, pemerintah tidak dapat menyeimbangi antara penyelesaiaan masalah dan munculnya masalah di kalangan suatu kota.

Oleh sebab itu, perlu suatu teknologi informasi dan komunikasi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Namun, penggunaan teknologi bukanlah satu-satunya cara dalam menyelesaikan masalah.

Akan tetapi dibutuhkan pendekatan yang optimal terhadap suatu masalah yang terjadi pada suatu kota.

Dewasa ini, ada suatu sistem yang layak diterapkan di suatu kota untuk memecahkan masalah yang ada di suatu kota, yaitu Smart City, yang diharapkan dapat mengelola semua sumberdaya secara efektif dan efisien dalam menyelesaikan berbagai tantangan, menggunakan solusi inovatif, terintegrasi dan berkelanjutan.

Pengelolaan tersebut semata-mata untuk meningkatkan kualitas hidup warga kota, sehingga kota yang menggunakan sistem Smart City seperti Kota Kupang saat ini, akan lebih tersistem dan dapat memberikan kemudahan bagi warganya.

Manfaat dari Smart City bukan hanya memudahkan warga saja, masih ada beberapa manfaat dari suatu kota yang menggunakan konsep ini, yaitu menjadi kota layak huni bagi setiap warga kotanya.

Dengan mengimplementasikan konsep Smart City, dapat mengubah kota yang mati menjadi layak huni. Karena, kota yang smart akan terlihat dari banyaknya alat transportasi yang memudahkan warga untuk menjangkau suatu tempat.

Kota yang pintar dapat meningkatkan perekonomian daerah secara merata, karena kota telah maju dan tersistem, sehingga dapat membuka banyak lapangan kerja dan memiliki masyarakat yang rajin bekerja, serta memiliki kreativitas yang tinggi.
Taman Tirosa di Bundaran PU Kota Kupang. (ANTARA FOTO/Laurensius Molan)