Plan Berdayakan 2.000 Anak Sebagai Peternak Sapi

id Plan

Plan Berdayakan 2.000 Anak Sebagai Peternak Sapi

Sejumlah anak muda berpose saat Plan dan Perwakilan Uni Eropa meninjau program SCILD di Desa Tesiayofanu, Kecamatan Kia, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). (Foto Antara/Kornelis Kaha)

"Program ini dilakukan melalui proyek SCILD yang baru dimulai pada November 2016 lalu," kata Yedityah Mella.
SoE, NTT, 5/4 (Antara) - Plan Internasional Indonesia Program Area Timor atas dukungan dana dari Uni Eropa memberdayakan 2.000 anak muda di lima kabupaten di daratan Pulau Timor sebagai peternak sapi dalam rangka mendukung program pemerintah NTT sebagai provinsi ternak.

"Program ini dilakukan melalui proyek Strong Civil Society Organization for Inclusive Livestock Value Chain Development in NTT (SCILD) yang baru dimulai pada April 2016 lalu," kata SCILD Project Manager Plan Internasional Indonesia Yedityah Mella kepada wartawan usai meninjau sejumlah sapi yang telah diberikan kepada 50 anak muda di Desa Tesiayofanu, Kecamatan Kie, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) sekitar 150 kilometer dari Kota Kupang, Rabu.

Ia menjelaskan lima kabupaten yang mendapatkan bantuan program tersebut adalah Kabupaten Malaka, Kabupaten Belu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Kupang.

Yedit Mella menjelaskan program tersebut tidak hanya dikhususkan bagi anak-anak muda yang beternak sapi, tetapi juga untuk ternak ayam dan ternak babi dalam rangka mendukung program dari pemerintah provinsi.

Program yang diluncurkan oleh Plan Area Timor tersebut selain untuk mendukung dan mensukseskan program pemerintah NTT, program tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat yang tergolong ekonomi rendah khususnya di wilayah pedalaman.

Ia mengatakan dari 2.000 anak muda yang masuk dalam program tersebut, 65 persennya adalah wanita dan sisanya adalah pria-pria yang tersebar di lima Kabupaten tersebut. Artinya bahwa ada sekitar 1.300 wanita dan 700 sisanya adalah kaum pria.

"Dari lima kabupaten itu ada 40 desa yang menjadi tujuan proyek ini, dan dalam implementasinya Plan Internasional Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Sanggar Suara Perempuan dan Bengkel Advokasi Pemberdayaan dan Pengembangan Kampung (APPeK)," tambahnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan, dalam menentukan lima Kabupaten tersebut pihaknya melakukan koordinasi dengan Dinas Peternakan di NTT dan setiap kabupaten di provinsi berbasis kepulauaan itu.

Lebih lanjut ia mengatakan, melalui program tersebut kelak akan lahir peternak-peternak muda yang handal di NTT yang benar-benar dapat mengembangkan sektor peternakan di NTT sehingga dapat mewujudkan NTT sebagai provinsi ternak di Indonesia. 

Sementara itu Program Manager Trade Local Economy and Social Protection perwakilan Uni Eropa Nur Isravivani mengatakan, proyek tersebut dimulai tahun 2016 dan akan dilakukan selama empat tahun kedepan.

"Jadi saya datang ke sini perwakilan dari Uni Eropa dalam rangka memonitoring apa yang telah dimulai dan sejauh mana progres yang telah dicapai selama satu tahun pertama," tuturnya.

Lebih lanjut ia mengatakan pihaknya memberikan bantuan dalam sektor peternakan, karena dalam studi dan observasi yang dilakukan oleh Plan Internasional Indonesia, sektor tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan.

Dalam program tersebut ada delapan CSO yang terlibat dalam program tersebut. Dan setiap CSO mendapatkan bantuan dana sebesar 50.000 EURO total delapan CSO maka ada sekitar 750.000 EURO yang diberikan kepada delapan CSO tersebut.

"Budget untul semuanya mencapai 750.000 EURO dikalikan delapan CSO yang ada di NTT," tambahnya.

Iapun mengharapkan kelak dapat membantu penghidupan ekonomi bagi masyarakat di NTT, khususnya masyarakat kaum marjinal di daerah ini dan daerah lainnya.