Inflasi NTT triwulan I-2020 diperkirakan lebih tinggi

id inflasi ntt

Inflasi NTT triwulan I-2020 diperkirakan lebih tinggi

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur. (ANTARA/Bernadus Tokan)

"Perkiraan tingginya inflasi ini, terutama disebabkan oleh komoditas rokok," demikian data hasil kajian ekonomi dan keuangan regional Bank Indonesia Perwakilan NTT.
Kupang (ANTARA) - Bank Indonesia memprediksi, inflasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada triwulan I tahun 2020 berada pada kisaran 3,30-3,90 persen (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan prakiraan inflasi triwulan IV 2019 sebesar 2,10-2,50 persen (yoy).

"Perkiraan tingginya inflasi ini, terutama disebabkan oleh komoditas rokok," demikian data hasil kajian ekonomi dan keuangan regional Bank Indonesia Perwakilan NTT yang diterima Antara di Kupang, Senin (17/2).

Menurut BI, kenaikan komoditas rokok, terutama dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah untuk menaikkan cukai rokok dengan rerata tertimbang sebesar 23 persen, dan harga jual eceran (HJE) sebesar 35 persen yang dimulai pada Januari 2020.

Kondisi ini merupakan dampak cukai rokok yang tidak mengalami kenaikan pada tahun sebelumnya.

Kenaikan harga komoditas rokok memberikan dampak inflasi Provinsi NTT dengan total bobot mencapai 3,66 persen, terdiri dari rokok kretek filter 2,03 persen, rokok putih 0,83 persen, serta rokok kretek 0,80 persen.

Baca juga: BI klaim inflasi NTT Desember 2019 terendah lima tahun terakhir
Baca juga: BI sebut inflasi NTT pada 2019 terkendali


Di sisi lain, inflasi kelompok bahan makanan dan transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan relatif terjaga.

Kondisi ini dipengaruhi oleh normalisasi permintaan masyarakat, pascatingginya konsumsi pada saat perayaan Natal dan Tahun Baru di akhir tahun 2019.

Terjaganya inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan I 2020, didukung oleh ketersediaan pasokan bahan makanan seperti beras dan sayur-sayuran.

Meskipun demikian, terdapat risiko kenaikan harga kelompok ikan segar yang disebabkan oleh kondisi gelombang laut buruk yang kerap menghambat nelayan setiap awal tahun.

Sementara itu, inflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan diperkirakan relatif terjaga, seiring kebijakan pemerintah menurunkan tarif batas atas angkutan udara sejak bulan Juni 2019.

Baca juga: Benarkan inflasi di NTT hanya berada pada kisaran dua persen?