Perlu persiapan fasilitas kesehatan hadapi normal baru di NTT

id pdui ntt,teda littik,normal baru di ntt

Perlu persiapan fasilitas kesehatan hadapi normal baru di NTT

Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Nusa Tenggara Timur dr. Teda Littik. ANTARA/Bernadus Tokan

Soal ketersediaan fasilitas kesehatan, baik di level primer maupun yang sekunder, sudah terus ditingkatkan, termasuk distribusi APD dari pusat
Kupang (ANTARA) - Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Nusa Tenggara Timur dr. Teda Littik memandang perlu persiapan fasilitas kesehatan secara memadai untuk menghadapi pelaksanaan normal baru di wilayah itu.

"Persiapan fasilitas kesehatan ini penting, baik di level primer maupun yang sekunder, termasuk distribusi alat pelindung diri (APD) dari pusat," kata dr. Teda Littik kepada ANTARA di Kupang, Jumat, (5/6).


Baca juga: PDUI bantu telur ayam bagi warga Kupang
Teda mengemukakan hal itu ketika merespons seputar rencana Pemerintah Provinsi NTT menerapan normal baru di wilayah itu mulai 15 Juni.

"Soal ketersediaan fasilitas kesehatan, baik di level primer maupun yang sekunder, sudah terus ditingkatkan, termasuk distribusi APD dari pusat," katanya.

Ia berharap bupati dan wali kota di provinsi ini terus menyediakan anggaran untuk kepentingan ketersediaan fasilitas kesehatan ini.

Teda Littik mengapresiasi kebijakan Gubernur NTT Viktor Laiskodat yang berani mengambil sikap dan menginstruksikan untuk segera hidup dan aktivitas kembali normal tidak lagi bekerja dari rumah.

"Dalam kondisi serba sulit, beliau berani mengambil kebijakan tersebut," katanya.

Teda lantas mengemukakan, "Sampai kapan akan terus di rumah? Sementara itu, COVID-19 akan ada, mungkin selamanya?"

Oleh karena itu, lanjut dia, semua negara dan daerah akan memulai aktivitasnya seperti normal dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan tidak menganggap remeh terhadap virus ini.

Baca juga: Keputusan ASN masuk kerja tentu melalui kajian

Ia mengutarakan bahwa pendapat para pakar kesehatan dan para birokrat akan selalu dikotomi, atau tidak bisa disandingkan, apalagi di-merged.

"Artinya, dasar berpikirnya memang berbeda dengan risiko yang berbeda. Akan tetapi, ujung-ujungnya sama, yaitu fatalitas terhadap keberlangsungan hidup banyak orang," katanya menjelaskan.

Mengenai peningkatan jumlah kasus COVID-19, dia menyebutkan data di NTT dalam seminggu terakhir menurun lebih dari 50 persen tentang reproductif case-nya.

"Kasus tertinggi 'kan beberapa minggu lalu,  yaitu penambahan 12 kasus dalam sehari. Dengan menurunnya jumlah kasus positif, sebenarnya kita sudah memenuhi kriteria nomor 1 dari WHO untuk dapat menerapkan normal baru," katanya dr. Teda Littik.