Pemerintah apresiasi warga Wae Rebo bangun helipad

id Wae Rebo, NTT, Kota Kupang

Pemerintah apresiasi warga Wae Rebo bangun  helipad

Warga kampung adat Wae Rebo berpose bersama helikopter milik BPBD Manggarai Barat saat uji coba pendaratan di landasan hasil gotong royong warga. (Antara/Ho-BPPLBF)

Landasan helikopter (Helipad) yang digunakan untuk keperluan pendaratan di kampung adat Wae Rebo sendiri itu merupakan hasil gotong royong dari warga setempat dengan melakukan pembersihan lahan, penimbunan tanah, dan penyusunan papan
Kupang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Manggarai, NTT, mengapresiasi masyarakat di Kampung Adat Wae Rebo yang bergotong royong membangun landasan helikopter (Helipad) sebagai bentuk persiapan jalur evakuasi bencana mengingat jalur menuju ke lokasi itu tak bisa dilalui oleh kendaraan baik roda dua maupun empat.

"Landasan helikopter (Helipad) yang digunakan untuk keperluan pendaratan di kampung adat Wae Rebo sendiri itu merupakan hasil gotong royong dari warga setempat dengan melakukan pembersihan lahan, penimbunan tanah, dan penyusunan papan," kata Kepala Dinas Pariwisata Manggarai, Angkat Anglus kepada ANTARA di Kupang, Rabu, (23/9).

Hal ini, ujar dia, membuktikan bahwa warga di kampung adat itu peduli dan sudah sangat membantu pemerintah daerah di kabupaten itu untuk jalur evakuasi jika terjadi bencana alam di daerah tersebut yang berada di daerah lembah.

Anglus menjelaskan bahwa setelah berhasil mendarat, oleh warga setempat rombongan disambut dengan ritual adat "tudak" yakni ritual penyambutan tamu dan ritual permohonan restu, serta pemberitahuan kepada leluhur bahwa pendaratan helikopter dan rombongan tidak bermaksud untuk merusak alam, juga kepada Tuhan agar helikopter dan rombongan diberi perlindungan selama penerbangan.

"Kami dari Pemda Manggarai memberikan apresiasi dukungan kepada berbagai pihak dalam upaya pemulihan kembali aktivitas pariwisata khususnya pariwisata kampung Wae Rebo," tambah dia.

Menurut dia upaya menjamin keamanan dan keselamatan masyarakat Wae Rebo dan para wisatawan dengan penguatan protokol kesehatan melalui edukasi dan penyiapan jalur evakuasi destinasi wisata kampung adat Wae Rebo seperti yang dilakukan saat ini diharapkan memberikan optimisme kepada masyarakat Wae Rebo dalam menjalankan pariwisata.

“Terima kasih kepada BOPLBF dan BPBD yang telah bersinergi bersama kami mempersiapkan berbagai upaya pemulihan pariwisata Wae Rebo. Semoga dengan segala bentuk dukungan ini masyarakat makin percaya diri menerima kunjungan wisatawan dengan selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan," tambah dia.

Ia menambahkan bahwa saat ini aktifitas pariwisata di kampung adat Wae Rebo sendiri sejak dibuka oleh Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat pada 6 September 2020 lalu, masih membatasi kunjungan wisatawan.

Pembatasan dilakukan dengan hanya menerima kunjungan harian. Hingga saat ini kunjungan wisatawan dalam rangka menginap belum diijinkan.

Baca juga: BOPLBF ajak masyarakat desa wisata Wae Rebo lakukan Gerakan BISA

Baca juga: Gubernur janji benahi infrastruktur kampung adat Wae Rebo


Kampung Adat Wae Rebo sendiri merupakan salah satu destinasi wisata unggulan Kabupaten Manggarai. Terletak di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl), Wae Rebo merupakan salah satu desa tertinggi yang ada di Indonesia dengan pemandangan yang sangat indah dengan dikelilingi pegunungan yang ada.

Karena lokasinya yang cukup tinggi, untuk mencapai desa ini, para wisatawan harus melakukan trekking selama dua jam untuk mencapai desa dengan melewati 3 pos pendakian, namun perjalanan itu akan terbayar dengan ramahnya penduduk, pemandangan yang indah, dan juga kopi panas asli yang merupakan salah satu produk perkebunan masyarakat Desa Wae Rebo.