Kapal asing lego jangkar di kawasan konservasi Alor

id NTT, Kabupaten Alor, DKP NTT, kapal karam, kapal asing, kawasan konservasi perairan

Kapal asing lego jangkar di kawasan konservasi Alor

Kapal berbendera Amerika Serikat (AS) SY Wedy Mynd lego jangkar di Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, pada Sabtu (6/2/2021) akibat dihantam cuaca buruk dalam pelayaran dari Pelabuhan Benoa Bali menuju Timor Leste. (ANTARA/HO-Kantor Cabang DKP NTT Wilayah Kabupaten Alor)

Kapal tersebut sebelumnya berlayar dari Pelabuhan Benoa Bali menuju Timor Leste melewati jalur utara NTT
Kupang (ANTARA) - Sebuah kapal asing berbendera Amerika Serikat (AS) SY Wedy Mynd terpaksa lego jangkar di Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur, akibat dihantam cuaca buruk dalam pelayaran menuju Timor Leste.

"Kapal tersebut sebelumnya berlayar dari Pelabuhan Benoa Bali pada 7 Januari 2021 menuju Timor Leste lewat jalur utara NTT," kata Kepala Cabang Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTT Wilayah Kabupaten Alor Muhammad Saleh Goro, dalam keterangan yang diterima di Kupang, Minggu, (7/2).

Ia menjelaskan kapal berbendera AS dengan bobot 14 grosston itu mengangkut satu keluarga terdiri dari empat orang dan dalam pelayaran dihantam cuaca buruk berupa angin kencang dan gelombang tinggi sehingga mereka terpaksa masuk dan berlabuh di WPP RI 714 kawasan konservasi perairan Kabupaten Alor pada Sabtu (6/2).

Ia menjelaskan, keberadaan kapal asing itu diketahui berdasarkan informasi dari Danposramil Kelurahan Kabola Serma Jacob Klakik dan Ketua Pokmaswas Sinar Kabola Sardin Lotang bahwa di sekitar perairan Pulau Sikka, tepatnya di Tanjung Mali terlihat satu unit kapal asing sedang berlabuh dan lego jangkar.

Menindaklanjuti informasi tersebut, pihaknya langsung menugaskan tim ke lokasi dengan terlebih dahulu berkoordinasi bersama lurah dan tim dari Kodim 1622 Alor yang sudah berada di lokasi dan selanjutnya bersama-sama menuju kapal untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

"Tim melakukan pemeriksaan terhadap penumpang dan dokumen kapal dengan tetap menerapkan protokol kesehatan COVID-19," katanya.

Ia mengatakan, dari pemeriksaan ditemukan bahwa mereka tidak mengetahui lokasi berlabuh merupakan kawasan konservasi perairan karena tidak tertera di Peta Laut yang digunakan dalam pelayaran.

Baca juga: NTT siapkan pengembangan SAP Selat Pantar

Namun mereka mengerti tentang pentingnya menjaga ekosistem laut. Hal ini dibuktikan dengan mereka membuang jangkar di atas wilayah berpasir dan tidak berbatu, kata Saleh Goro.

Ia menambahkan karena lokasi berlabuhnya kapal tersebut merupakan zona inti maka tim langsung menyarankan agar berpindah ke lokasi sekitar pelabuhan Maimol.

Baca juga: Ribuan ekor anemon laut dibawa keluar NTT oleh pengusaha secara ilegal

"Nahkoda kapal bernama Adam Harris Harteau menyetujui untuk berlabuh pada tempat yang telah ditunjuk oleh tim dan mereka akan bertahan hingga kondisi memungkinkan untuk melanjutkan pelayaran ke Timor Leste," katanya.