Kemendes tawarkan prukades di kawasan transmigrasi

id Eko

Kemendes tawarkan prukades di kawasan transmigrasi

Menteri Desa PDTT Eko Putro Sandjojo (kiri) saat melakukan kunjungan kerja ke Sumba Timur. (Humas Kemendes PDTT)

"Kami melihat model prukades ini dikaitkan dengan program transmigrasi. Kolaborasi penting dilakukan. Dunia usaha yang menjadi pembelinya (off taker)," kata Menteri Eko Putro Sandjojo.
Waingapu, NTT (Antaranews NTT) - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menawarkan program produk unggulan kawasan perdesaan (prukades) sebagai satu model untuk pembangunan ekonomi di kawasan transmigrasi.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo mengungkapkan hal itu saat melakukan kunjungan kerja di Waingapu, ibu kota Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur di Pulau Sumba, Jumat (19/1).

Menurut dia, pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat untuk hal tersebut

"Kami melihat model prukades ini dikaitkan dengan program transmigrasi. Kolaborasi penting dilakukan. Dunia usaha yang menjadi pembelinya (off taker). Masyarakat yang menanam, masyarakat dibagi tanah juga. Jadi, ada jaminan masyarakat waktu dibagi sertfikat tanah, maka mereka bisa menanam," katanya. 

Selanjutnya, menanamnya dengan teknologi yang bagus, mereka juga didampingi secara manajemen, dan dunia usaha pun menjadi `off taker`-nya yang akan menjamin produk pascapanennya.

Saat berkunjung ke perkebunan tebu dan kawasan transmigrasi di Desa Melolo, Menteri Eko Putro menilai dengan adanya kolaborasi tersebut diharapkan penurunan angka kemiskinan dan pengentasan daerah tertinggal di Sumba Timur bisa teratasi.

Pemerintah pusat memberikan izin kepada pihak swasta dan pemerintah memberikan tanah juga kepada masyarakat. "Ada sekitar 11.000 hektare lahan yang berpotensi untuk dibagikan kepada masyarakat," katanya.

"Bahwa ada stigma Sumba kurang baik untuk pertanian, namun asal ada teknologi, kemauan dan kolaborasi bersama akan diselesaikan. Dan ini akan mempercepat pengurangan kemiskinan," katanya.

Ia pun meyakini bahwa kurang dari tiga tahun, tidak ada lagi orang miskin dan desa-desa tertinggal di Sumba Timur kalau program prukades berjalan terus.

"Ada tebu, sisal, castor, harusnya dengan model ini tidak ada masyarakat yang tidak bekerja," katanya dan menambahkan desa-desa miskin yang ada skalanya kecil, sehingga tidak bisa fokus. Karena itu, kolaborasi itulah yang akan menjamin masyarakat.

Salah satu perusahaan yang bekerja sama di kawasan transmigrasi Melola adalah PT Muria Sumba Manis (MSM) yang mengembangkan komoditas tebu dengan izin lokasi seluas 52.000 hektare.

Selain itu, PT Mergo Agro Abadi (MAA) yang mengembangkan perkebunan dan industri tanaman sisal (agave sisalana) dengan rencana investasi mencapai 5.500 hektare.

"Kalau dari MSM sekitar 20.000 hektare dan MAA 600 hektare, maka paling tidak menciptakan lapangan kerja 26.000 orang. Hal ini bisa mengangkat masyarakat miskin di Sumba Timur dan menjadi sentra-sentra ekonomi khusus sehingga bisa menarik masyarakat miskin dari kabupaten atau daerah sekitarnya," ujarnya.

Sementara itu Wakil Bupati Sumba Timur Umbu Lili Pekuwali mengatakan pemerintah daerah tidak mampu meningkatkan ekonomi masyarakat tanpa melibatkan peran swasta.

"Melihat lokasi perkebunan tebu dan sisal, ini turut membantu pemda menyerap lapangan kerja. MSM sudah serap hampir 2.000 tenaga kerja dari 600 hektare lahan yang sudah diolahnya," katanya.

Ia menambahkan kerja sama swasta, pemda, pusat, dan transmigran menjadi bagian dari plasma milik masyarakat yang bisa dikerjasamakan.