KLHK-Pupuk Indonesia tangani sampah di Labuan Bajo

id sampah

KLHK-Pupuk Indonesia tangani sampah di Labuan Bajo

Sampah laut yang membuat keindahan pantai jadi ternoda.

"Kami sudah lakukan koordinasi bersama untuk penanganan masalah sampah di Labuan Bajo ini, dan mulai tahun 2018 ini akan ditangani Kementerian LHK bekerja sama dengan PT Pupuk Indonesia untuk pengolahannya," kata Marius Jelamu.

Kupang (Antaranews NTT) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bekerja sama dengan PT Pupuk Indonesia akan menangani masalah sampah di daerah wisata Labuan Bajo, ujung barat Pulau Flores,  Nusa Tenggara Timur.

"Kami sudah lakukan koordinasi bersama untuk penanganan masalah sampah di Labuan Bajo ini, dan mulai tahun 2018 ini akan ditangani Kementerian LHK bekerja sama dengan PT Pupuk Indonesia untuk pengolahannya," kata Kepala Dinas Pariwisata NTT Marius Ardu Jelamu di Kupang, Senin, (18/1).

Ia mengatakan pengolahan sampah di daerah wisata prioritas nasional itu akan memanfaatkan lahan sekitar 10 hektare yang telah disiapkan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat.

"Lahan yang disiapkan pemda itu lima hektare-nya TPA yang digunakan saat ini dan lima hektare lagi untuk pengelolaan yang dilakukan PT Pupuk Indonesia," katanya.

Dia mengatakan masalah sampah di Labuan Bajo menjadi persoalan serius yang terus-menerus disoroti wisatawan, para pelaku usaha, maupun pemerintah pusat. Produksi sampah di Kota Labuan Bajo tercatat mencapai 112 meter kubik per hari dengan jenis yang beragam.

Dalam beberapa kesempatan, kata Marius, wisatawan terutama mancanegara bahkan menghubunginya secara langsung untuk menyoroti sampah-sampah tersebut. "Saya bahkan ditelepon langsung wisatawan dari London, Australia, dan beberapa negara lainnya. Mereka mengaku sangat mengagumi keindahan wisata di sana namun catatan mereka terutama pada masalah sampah yang harus dibenahi," katanya.

Marius berharap kerja sama KLHK-Pupuk Indonesia dapat mengatasi persoalan sampah di daerah wisata yang sudah mendunia dengan ikon satwa komodo (Varanus komodoensis) dan merupakan salah satu keajaiban dunia itu.

Untuk penanganan sampah di dalam kawasan Taman Nasional Komodo (TNK),pada 2018 pihak otoritas membentuk satuan tugas MPS (Masyarakat Peduli Sampah).

"Nantinya para petugas MPS setiap harinya akan melakukan kerja pengambilan sampah di berbagai titik kawasan TNK dan dikumpulkan ke tempat penampung yang ada di setiap desa untuk diangkut kapal khusus ke Labuan Bajo," kata Kepala TNK Sudiyono saat dihubungi Antara secara terpisah dari Kupang.

Selanjutnya, kata dia, sampah-sampah anorganik yang dibawa ke Labuan Bajo akan didaur ulang melalui kerja sama dengan Koperasi Serba Usaha (KSU) Komodo.

Otoritas TNK mencatat, produksi sampah di dalam kawasan taman nasional mencapai 650 kilogram lebih per hari, di antaranya 27 persen sampah plastik, 29 persen sampah kertas, satu persen sampah kaca atau gelas, satu persen sisa makanan, dan 41 persen sampah residu atau sisa bangunan dari aktivitas konstruksi.