Gubernur NTT: Pers harus membangkitkan rasa optimisme

id PWI

Gubernur NTT: Pers harus membangkitkan rasa optimisme

Gubernur NTT Frans Lebu Raya (kiri) saat membuka Konferprov PWI Nusa Tenggara Timur di Kupang, Sabtu (3/3). (ANTARA Foto/Bernadus Tokan)

"Arah pemberitaan harus memberikan harapan, rasa optimisme masyarakat untuk mau berjuang, berusaha untuk keluar dari keterpurukan. Itu baik untuk sebuah kemajuan di suatu wilayah," kata Frans Lebu Raya.
Kupang (AntaraNews NTT) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya mengharapkan pers dapat menyajikan berita-berita yang membangkitkan rasa optimisme masyarakat untuk membangun dan melangkah maju tanpa merasa pesimitis.

"Arah pemberitaan harus memberikan harapan, rasa optimisme masyarakat untuk mau berjuang, berusaha untuk keluar dari keterpurukan. Itu baik untuk sebuah kemajuan di suatu wilayah," kata Frans Lebu Raya di Kupang, Sabtu.

Dia mengemukakan hal itu pada pembukaan Konferensi Provinsi (Konferprov) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Nusa Tenggara Timur (NTT) tahun 2018 di Gedung DPD-RI Nusa Tenggara Timur.

Menurut dia, jika seluruh rakyat NTT memiliki rasa optisme untuk maju dan berkembang agar bisa sejajar dengan daerah lain di Indonesia, maka itu`lah modal yang sangat besar untuk membangun daerah ini.

Pers, kata dia, selama ini selalu menyoroti soal masalah kemiskinan, tetapi tidak memberikan penjelasan secara baik tentang mengapa NTT tetap masuk kategori miskin.

Lebu Raya yang akan mengakhiri masa jabatan kedua sebagai Gubernur NTT pada Juli 2018 itu mengatakan, sesungguhnya ada 15 kriteria utama sebuah daerah disebut miskin.

Salah satu variabel miskin adalah asupan 200 kalori per hari dengan berimbang. "Jadi tidak cukup hanya makan untuk kenyang," katanya.

"Jadi setiap hari orang makan harus ada daging, telur, sayur-sayuran dan lainnya, padahal orang NTT, terutama di desa hanya makan daging kalau ada pesta. Mungkin satu tahun sekali kalau ada pesta," katanya.

Variabel lain adalah rumah harus beratap seng atau genteng dan berlantai, dan setiap orang harus memiliki ukuran kamar tidur 8 m2 dan harus memiliki MCK sendiri. "Kalau buang air di tetangga tetap disebut miskin," ujarnya.

Artinya, jika dalam satu rumah ada lima orang, maka minimal rumah itu berukuran 40 meter persegi, sementara di NTT saat ini ada banyak rumah type 21 yang dihuni 5-7 orang.

Gubernur menambahkan, ada salah satu variabel lagi yang tidak bisa diterima yakni orang harus mencuci muka setiap bulan.

"Saya tanya kepala BPS, apakah petugas tahu bahwa setiap bulan itu ada yang tidak cuci muka, dan saya mendapat penjelasan bahwa yang dimaksud dengan cuci muka adalah setiap bulan orang harus pergi ke salon," katanya.

"Saya langsung minta BPS supaya variabel ini dihilangkan karena rakyat saya, tidak bisa pergi ke salon tiap bulan hanya untuk cuci muka," kata Lebu Raya menjelaskan tentang kemiskinan.

Artinya apa, ada 15 variebal bukan satu variabel saja yang harus dipenuhi, baru NTT bisa disebut bebas dari sebutan kemiskinan.

Menurut dia, apa yang disampaikan ini untuk memberikan pencerahan bahwa tidaklah mudah untuk menghapus nama NTT dalam daftar daerah miskin, karena terbelenggu dengan berbagai macam variabel tersebut.