Taman Nasional Matalawa bentuk sentra pemasaran petani

id Matalawa

Taman Nasional Matalawa bentuk sentra pemasaran petani

Kepala Balai Taman Nasional Matalawa Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur Maman Surahman (ANTARA Foto/Benny Jahang)

Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (Matalawa) telah membentuk tiga sentra pemasaran untuk memasarkan hasil produksi petani di sekitar taman nasional tersebut.
Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (Matalawa), Maman Surahman mengatakan pihaknya telah membentuk tiga sentra pemasaran untuk memasarkan hasil produksi petani di sekitar taman nasional tersebut.

"Kami telah menyiapkan tiga sentra pemasaran untuk membantu memasarkan hasil-hasil para petani setempat untuk memajukan ekonominya," kata Maman saat menghubungi Antara dari Waingapu, ibu kota Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Rabu (30/5)

Ia menjelaskan ketiga sentra pemasaran tersebut berlokasi di di Paradetana (Sumba Tengah), Waikabubak, ibu kota Kabupaten Sumba Barat, serta di ibu kota Kabupaten Sumba Timur, Waingapu.

Maman mengatakan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan TN Matalawa perlu didorong karena hasil bumi yang didapat sangat melimpah, namun belum bisa dipasarkan ke daerah lain.

"Umumnya para petani setempat belum berorientasi pasar karena tidak ada yang menggerakkan untuk memasarkan hasil pertanian yang didapat di sekitar TN Matalawa," ujarnya.

Baca juga: Taman Nasional Matalawa bentuk masyarakat peduli api

Hal inilah yang mendorong Taman Nasional Matalawa membangun kemitraan dengan petani melalui proses pelatihan untuk mengolah produk-produk lokal hasil usaha petani serta menyediakan tempat pemasaran bagi mereka.

"Kami juga mengajar masyarakat bagaimana membuat jajanan lokal dengan memanfaatkan berbagai bahan dasar setempat, karena memiliki nilai jual yang tinggi," katanya.

Melalui konsep petik, olah dan jual, kata dia, ternyata mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan semakin berkembangnya usaha petani di daerah Matalawa, Sumba Timur.

"Para petani sudah bisa mengolah sendiri hasil usahanya menjadi olahan yang berkualitas dengan nilai jual yang tinggi," katanya.

Selama ini masyarakat hanya bisa memetik dan menjual, seperti singkong, misalnya. Tidak ada proses diversifikasi produk sehingga nilai jual produk masyarakat menjadi rendah.

"Atas dasar ini, kami terus mendorong mereka dengan terus memberikan pelatihan dan bimbingan sejak 2017 dan hasilnya sangat menggembirakan, usaha petani daerah itu semakin berkembang pesat.

Baca juga: Balai Taman Nasional Matalawa bagikan 1.500 itik