BPOLBF kembangkan basis data desa wisata

id boplbf,bpolbf,desa wisata,basis data,labuan bajo,floratama,flores,NTT

BPOLBF kembangkan basis data desa wisata

Direktur Destinasi BPOLBF Konstan Mardinandus (ANTARA/Fransiska Mariana Nuka)

Basis data di setiap desa wisata menjadi modal pengembangan pariwisata
Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) mengembangkan basis data bagi desa wisata yang ada di kawasan Flores, Alor, Lembata, dan Bima (Floratama).

"Tiap tahun kami harus kumpulkan data untuk dijadikan basis data desa wisata. Kami sudah bersurat kembali ke kabupaten kota terkait perubahan desa wisata," kata Direktur Destinasi BPOLBF Konstan Mardinandus di Labuan Bajo, Senin (20/12)

Berdasarkan data BPOLBF, desa wisata di Floratama yang masuk dalam intervensi BPOLBF sebanyak 30 desa wisata. Sedangkan khusus Manggarai Barat saja ada 94 desa wisata yang ditetapkan dalam peraturan bupati.

Kini BPOLBF tengah melakukan pendataan kembali desa wisata untuk mengkoordinasikan kekuatan dan sumber daya dalam rangka pengembangan dan akselerasi desa wisata. Dari pendataan tersebut, BPOLBF bisa mendapatkan gambaran langkah-langkah yang perlu diambil untuk pengembangan desa wisata ke depan.

Salah satu contoh penggunaan data desa wisata yakni untuk memberikan gambaran tema yang bisa digarap oleh masing-masing desa yang ada. Desa wisata diharapkan tidak sebatas menjadi sebuah desa saja, tapi menjadi desa wisata tematik yang sesuai dengan keinginan wisatawan.

Baca juga: BPOLBF lakukan pengembangan data besar parekraf

Selanjutnya data dalam basis data tersebut juga akan digunakan untuk melakukan distribusi wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo. Dengan pengembangan pondok wisata (homestay) di desa wisata, maka wisawatan tidak melulu tinggal di hotel saja dan menginap di Labuan Bajo. Wisatawan juga bisa memilih opsi untuk tinggal di pondok wisata yang telah disiapkan desa wisata.

Baca juga: BPOLBF resmi miliki kantor baru

BPOLBF juga melakukan pendataan sumber daya manusia dan kelembagaan dari suatu desa wisata. Dengan demikian, BPOLBF bisa memetakan jenis kelembagaan mana yang bisa diintervensi karena belum aktif.

"Basis data di setiap desa wisata menjadi modal pengembangan pariwisata," tutup Konstan.