Menparekraf apresiasi kabel laut deteksi tsunami di Labuan Bajo
...Teman-teman BRIN luar biasa, karena memang setiap destinasi harus tanggap bencana. Potensi bencana tsunami tentunya perlu kita mitigasi
Labuan Bajo (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Menparekraf RI) Sandiaga Salahuddin Uno memberikan apresiasi kepada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang telah menghadirkan proyek sistem kabel laut pendeteksi tsunami di Dusun Rangko, Desa Tanjung Boleng, Kecamatan Boleng, Manggarai Barat, NTT.
"Teman-teman BRIN luar biasa, karena memang setiap destinasi harus tanggap bencana. Potensi bencana tsunami tentunya perlu kita mitigasi," kata Sandiaga saat berkunjung ke Dusun Rangko di Kecamatan Boleng, Jumat, (28/1).
Sebelumnya Sandiaga menyaksikan langsung kemajuan pengerjaan landing station yang terletak di Dusun Rangko yang mana telah berjalan hingga 80 persen. Menurut informasi yang dia dapat, bangunan tersebut akan selesai dikerjakan pada Februari 2022 mendatang.
Menurut dia, kehadiran sistem kabel laut pendeteksi tsunami di wilayah tersebut harus diimbangi dengan berbagai pelatihan yang didapat oleh masyarakat.
Dia pun meminta kepala desa setempat untuk memfasilitasi pelatihan untuk kesiapsiagaan dan ketanggapan bencana dari masyarakat.
BRIN tengah membangun alat deteksi tsunami berbasis kabel optik bawah laut (Indonesian cable-based tsunameter/InaCBT) di Manggarai Barat.
Menurut informasi dari Pelaksana tugas Kepala Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana BRIN Mulyo Harris Pradono di Labuan Bajo beberapa waktu lalu, teknologi CBT di Manggarai Barat memungkinkan sensor diletakkan di dasar laut menggunakan kabel, lalu informasinya disampaikan ke darat di landing station.
Landing station yang sementara dibangun tersebut merupakan fasilitas di daratan yang terdiri dari Beach Manhole (BMH), menara (tower), dan rumah listrik (power house).
Pada sistem InaCBT, ada dua sensor yang dipasang pada kedalaman 4.000 meter di bawah laut yang akan mendeteksi tekanan air laut karena tsunami, bukan akibat gelombang.
Dengan mekanisme itu, ketika terjadi gempa dan petugas mendapatkan konfirmasi gempa menimbulkan tsunami, maka informasi tersebut akan diteruskan ke BMKG, BPBD, dan masyarakat.
Mulyo juga berharap tidak terjadi kerusakan dengan kabel tersebut dan mengajak masyarakat untuk mengetahui keberadaan kabel di bawah laut mulai dari Dusun Rangko ke tengah laut. Dia pun meminta masyarakat bisa lebih berhati-hati dalam beraktivitas dan mengurangi risiko kerusakan kabel.
BRIN menargetkan pagelaran kabel sepanjang 52 km tersebut telah dimulai pada pertengahan hingga akhir Desember 2021 dan diperkirakan bisa berfungsi pada bulan-bulan awal 2022.
Baca juga: Kemenparekraf lengkapi Gua Batu Cermin lewat pendampingan
Baca juga: Menparekraf Sandiaga sebut Labuan Bajo siap untuk G20 dan ASEAN Summit 2023
"Teman-teman BRIN luar biasa, karena memang setiap destinasi harus tanggap bencana. Potensi bencana tsunami tentunya perlu kita mitigasi," kata Sandiaga saat berkunjung ke Dusun Rangko di Kecamatan Boleng, Jumat, (28/1).
Sebelumnya Sandiaga menyaksikan langsung kemajuan pengerjaan landing station yang terletak di Dusun Rangko yang mana telah berjalan hingga 80 persen. Menurut informasi yang dia dapat, bangunan tersebut akan selesai dikerjakan pada Februari 2022 mendatang.
Menurut dia, kehadiran sistem kabel laut pendeteksi tsunami di wilayah tersebut harus diimbangi dengan berbagai pelatihan yang didapat oleh masyarakat.
Dia pun meminta kepala desa setempat untuk memfasilitasi pelatihan untuk kesiapsiagaan dan ketanggapan bencana dari masyarakat.
BRIN tengah membangun alat deteksi tsunami berbasis kabel optik bawah laut (Indonesian cable-based tsunameter/InaCBT) di Manggarai Barat.
Menurut informasi dari Pelaksana tugas Kepala Pusat Teknologi Reduksi Risiko Bencana BRIN Mulyo Harris Pradono di Labuan Bajo beberapa waktu lalu, teknologi CBT di Manggarai Barat memungkinkan sensor diletakkan di dasar laut menggunakan kabel, lalu informasinya disampaikan ke darat di landing station.
Landing station yang sementara dibangun tersebut merupakan fasilitas di daratan yang terdiri dari Beach Manhole (BMH), menara (tower), dan rumah listrik (power house).
Pada sistem InaCBT, ada dua sensor yang dipasang pada kedalaman 4.000 meter di bawah laut yang akan mendeteksi tekanan air laut karena tsunami, bukan akibat gelombang.
Dengan mekanisme itu, ketika terjadi gempa dan petugas mendapatkan konfirmasi gempa menimbulkan tsunami, maka informasi tersebut akan diteruskan ke BMKG, BPBD, dan masyarakat.
Mulyo juga berharap tidak terjadi kerusakan dengan kabel tersebut dan mengajak masyarakat untuk mengetahui keberadaan kabel di bawah laut mulai dari Dusun Rangko ke tengah laut. Dia pun meminta masyarakat bisa lebih berhati-hati dalam beraktivitas dan mengurangi risiko kerusakan kabel.
BRIN menargetkan pagelaran kabel sepanjang 52 km tersebut telah dimulai pada pertengahan hingga akhir Desember 2021 dan diperkirakan bisa berfungsi pada bulan-bulan awal 2022.
Baca juga: Kemenparekraf lengkapi Gua Batu Cermin lewat pendampingan
Baca juga: Menparekraf Sandiaga sebut Labuan Bajo siap untuk G20 dan ASEAN Summit 2023