Jakarta (ANTARA) - Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik (OR IPT) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan kendaraan listrik yang bersifat otonom atau tanpa pengemudi dan ramah lingkungan, karena tidak menggunakan bahan bakar fosil.
Pelaksana Tugas Kepala Organisasi Riset IPT BRIN Budi Prawara dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu, (16/2) mengatakan kendaraan listrik tersebut adalah Micro Electric Vehicle–Teleoperated Driving System (MEVi–TDS) yang dikemudikan dari jarak jauh.
Potensi implementasi kendaraan otonom untuk satu atau dua penumpang, atau lebih dikenal dengan individual transportation itu dapat digunakan di area terbatas atau kawasan khusus, seperti di kebun raya, objek wisata, kawasan perumahan, industri dan perkantoran.
Kendaraan otonom itu, katanya, juga dapat digunakan sebagai pengangkut untuk transportasi massal di kawasan khusus tersebut.
Secara desain, menurut Budi, MEVi–TDS terlihat futuristis, yang dilengkapi dengan empat lampu LED di bagian depan, lampu rem berbentuk oval di bagian belakang serta enam lampu LED membentuk segitiga sebagai lampu sein.
Di bagian kap atas, katanya, ditambahkan lampu rotator berwarna amber yang akan menyala sebagai alarm jika terjadi kegagalan fungsi dari teleoperation.
Baca juga: Pemkab Mabar apresiasi BRIN kembangkan alat deteksi tsunami
Budi menuturkan pengembangan kendaraan listrik sebelumnya difokuskan pada penguasaan teknologi komponen kunci, seperti motor listrik, baterai, control system/power electronics, platform dan charging system.
Baca juga: Presiden berharap Indonesia jadi produsen teknologi
Selanjutnya, pengembangan kendaraan listrik dilakukan memenuhi Prioritas Riset Nasional (PRN) Kendaraan Listrik 2020–2024 yang berfokus pada penguasaan teknologi kunci kendaraan otonom, seperti sistem deteksi objek/sensor, sistem telekomunikasi, human to vehicle interaction dan computer vision.
OR IPT BRIN kembangkan mobil listrik tanpa pengemudi
...Kendaraan otonom itu, juga dapat digunakan sebagai pengangkut untuk transportasi massal di kawasan khusus tersebut