Bali menjadi tuan rumah Cambridge Schools Conference dan meluncurkan lima komunitas sekolah baru di Asia Tenggara dan Pasifik

Bali menjadi tuan rumah Cambridge Schools Conference dan meluncurkan lima komunitas sekolah baru di Asia Tenggara dan Pasifik

Cambridge Schools Conference, Bali 2025

Para pemimpin sekolah berkumpul di Bali untuk membahas pendidikan yang siap menghadapi masa depan
Lima komunitas regional baru diluncurkan untuk mendukung para guru di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik

Bali, Indonesia, (ANTARA/PRNewswire)- Grup International Education dari Cambridge University Press & Assessment (Cambridge) telah mempertemukan lebih dari 340 pemimpin sekolah dan guru dari berbagai negara dalam sebuah konferensi internasional di Bali, Indonesia. Konferensi ini berfokus pada upaya mempersiapkan siswa agar mampu berkembang dan berhasil di tengah masa depan yang berubah dengan cepat.

Cambridge Schools Conference (CSC) dihadiri oleh para peserta dari lebih dari 200 Sekolah Cambridge International yang berasal dari 37 negara. Bali, yang merupakan rumah bagi 19 sekolah Cambridge, menjadi lokasi penyelenggaraan CSC secara tatap muka. Tema konferensi ini diambil dari laporan terbaru Cambridge, Future-ready: Preparing learners to thrive in the future, yang mengeksplorasi bagaimana sekolah-sekolah yang bekerja sama dengan Cambridge dapat membekali generasi muda dengan ketangguhan, kemampuan beradaptasi, serta keterampilan yang dibutuhkan di era transformasi global.

Selama konferensi yang berlangsung selama tiga hari, para pendidik membahas pendekatan-pendekatan inovatif dalam pengajaran dan kepemimpinan, serta berbagi praktik terbaik. Dr Ben Schmidt dari Cambridge University Press & Assessment mengatakan:

"Konferensi ini sangat berharga karena memberi kami kesempatan untuk mendengar langsung dari para pemimpin sekolah dan guru, belajar dari pengalaman mereka, serta bertukar gagasan mengenai pendekatan terbaru dalam pengajaran dan pembelajaran guna mempersiapkan siswa menghadapi masa depan."

Peluncuran komunitas regional baru untuk mendukung para guru

Konferensi ini juga menandai peluncuran lima komunitas Cambridge baru yang dirancang untuk mendukung para guru dan pemimpin sekolah di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik (SEAP). Peluncuran ini dilakukan pada saat yang sangat penting bagi pendidikan global. Menurut UNESCO, kekurangan guru di seluruh dunia diperkirakan akan mencapai 44 juta pada tahun 2030[1]. Di Indonesia sendiri, data terbaru menunjukkan kekurangan sekitar 1,3 juta guru, dengan sebagian di antaranya saat ini mengajar tanpa sertifikasi formal[2].

Lima komunitas tersebut adalah:

  • Komunitas Cambridge Sustainability & Climate Action
    Dipimpin oleh Jennifer Angeles dari SIS Group of Schools, Jakarta, komunitas ini akan mengeksplorasi bagaimana sekolah dapat mengintegrasikan keberlanjutan dan kesadaran iklim ke dalam pembelajaran dan praktik sehari-hari. Terbuka bagi para pendidik untuk bergabung melalui Facebook, komunitas ini akan mendukung sekolah-sekolah yang ingin mengurangi dampak lingkungan, melibatkan siswa dalam aksi iklim, serta menumbuhkan budaya tanggung jawab terhadap masa depan planet ini. Jennifer mengatakan:

    "Karena dunia sedang berubah, kita juga harus berubah. Aksi iklim bukan sekadar isu — ini terjadi sekarang dan berdampak pada kehidupan serta komunitas nyata. Komunitas ini adalah ruang bagi guru, pendidik, dan pemimpin pendidikan untuk berbagi ide, berkolaborasi, dan bersama-sama menciptakan dampak yang benar-benar mengubah kehidupan."
  • Komunitas Cambridge Innovation & Entrepreneurship
    Dipimpin oleh Manmeet Kaur, Guru Humaniora di HELP International School, Kuala Lumpur, Malaysia, komunitas ini berfokus pada pengembangan inovasi dan pola pikir kewirausahaan di ruang kelas. Diskusi akan menyoroti cara menginspirasi pemecahan masalah, mendorong inisiatif yang dipimpin siswa, serta membangun kepercayaan diri untuk mengubah ide menjadi tindakan. Komunitas ini dapat diikuti melalui LinkedIn. Manmeet mengatakan:

    "Pekerjaan yang ada saat ini mungkin tidak lagi ada dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan. Oleh karena itu, kita perlu membekali peserta didik tidak hanya dengan pengetahuan teknis, tetapi juga keterampilan masa depan dan pola pikir kewirausahaan yang membantu mereka beradaptasi, belajar dari kegagalan, dan berkembang dalam perubahan."
  • Komunitas Cambridge Adaptability & Wellbeing
    Dr Poonam Shokeen, Academic Director di SBS International School Chiang Mai, Thailand, akan memimpin komunitas di Facebook yang berfokus pada strategi praktis untuk membantu siswa membangun kemampuan beradaptasi dan ketangguhan. Komunitas ini juga akan berbagi pendekatan untuk memperkuat sistem kesejahteraan bagi peserta didik maupun pendidik. Poonam mengatakan:

    "Melalui komunitas ini, para pendidik dapat mempelajari berbagai gagasan untuk mendukung kesejahteraan komunitas mereka. Sangat penting bagi kita untuk saling belajar, menjaga diri kita sebagai pendidik, dan mengembangkan strategi untuk mengisi kembali kesejahteraan diri kita agar dapat mendukung orang lain, termasuk para siswa."
  • Komunitas Cambridge Future-Ready Learning
    Dipimpin oleh Matthew Gallagher dari Nobel International School, Selangor, Malaysia, tempat ia mengajar Cambridge Global Perspectives & Research, komunitas Facebook ini akan menghubungkan para pendidik yang mengeksplorasi bagaimana pembelajaran siap masa depan diterapkan di berbagai mata pelajaran dan jenjang usia. Diskusi akan menyoroti pendekatan lintas disiplin yang mengembangkan berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan penalaran etis. Matthew mengatakan:

    "Saya mengundang para guru dari seluruh kawasan Asia Tenggara dan Pasifik yang tertarik untuk meningkatkan keterampilan mereka dan memastikan bahwa siswa siap menghadapi masa depan. Anda dapat belajar dari guru-guru lain dan dari saya tentang cara terbaik mendukung siswa ke depan."
  • Komunitas Cambridge AI & Digital Skills
    Dipimpin oleh Liam Egan, Head of EAL/EIP di UCSI International School Kuala Lumpur, komunitas Facebook ini akan berfokus pada pendekatan yang bijaksana dan bertanggung jawab terhadap kecerdasan buatan (AI) dalam pendidikan. Fokusnya bukan pada penggunaan alat semata, melainkan pada praktik kelas, kebijakan, penilaian, dan pertimbangan profesional. Bagi para pemimpin sekolah, komunitas ini memberikan wawasan tentang bagaimana sekolah menyikapi AI secara matang; bagi guru, komunitas ini menawarkan ide, rasa aman, dan keyakinan bahwa mereka tidak menghadapi perubahan ini sendirian. Liam mengatakan:

    "AI sudah membentuk cara siswa membaca, menulis, berpikir, dan mengakses informasi. Namun, banyak sekolah masih mencari cara untuk meresponsnya secara praktis dan bertanggung jawab. Komunitas ini memungkinkan para pendidik untuk melambat sejenak, mengajukan pertanyaan yang lebih baik, dan fokus pada bagaimana AI dapat mendukung pembelajaran tanpa mengorbankan keterampilan inti seperti literasi, berpikir kritis, dan hubungan antarmanusia."

Berbicara mengenai alasan pembentukan komunitas ini saat ini, Kanjna Paranthaman, Regional Director, Southeast Asia & Pacific, International Education, Cambridge, mengatakan:

"Cambridge adalah sebuah komunitas yang terdiri dari lebih dari 10.000 sekolah di 160 negara. Di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik, kami menyadari adanya keinginan yang kuat dari para pendidik untuk saling terhubung. Dengan begitu banyak pengalaman dan pengetahuan yang tersedia, kami ingin membantu mereka berkumpul dan berbagi praktik terbaik yang dapat diterapkan di ratusan, bahkan ribuan, ruang kelas."

Referensi:

  1. Global report on teachers: addressing teacher shortages and transforming the profession,
    UNESCO, 2024.
  2. Addressing Indonesia's Teacher Shortage: Strategies and Collaborations for Quality Education
    Tanoto Foundation. October 2023

SOURCE Cambridge University Press & Assessment

Pewarta :
Editor : PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.