Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Timur Maritje Pattiwaellapia mengemukakan nilai tukar petani (NTP) di provinsi setempat pada April 2018 turun sebesar 0,82 persen dari Maret 2018 sebesar 104,45 menjadi 103,63 persen.

"Hal ini terjadi karena daya beli dan daya tukar petani di provinsi berbasiskan kepulauan itu cenderung menurun selama dua bulan terakhir," katanya kepada wartawan di Kupang, Rabu (2/5).

Ia menjelaskan daerah produksi pertanian dan penerimaan petani di pedesaan juga menurun, sehingga indeks yang diterima lebih kecil dibandingkan harga yang dibayar.

Indeks harga yang diterima petani pada April 2018 sebesar 133,23 atau menurun dari sebelumnya pada Maret sebesar 134,47.

Secara subsektor, lanjutnya, semuanya mengalami penurunan seperti subsektor perikanan menurun 0,83 persen, peternakan 0,35 persen, dan perkebunan rakyat 0,91 persen.

Selain itu, subsektor holtikultura juga menurun 0,30 persen dan yang cukup besar yakni subsektor padi dan palawija sebesar 1,42 persen.

Baca juga: NTT alami deflasi 0,04 persen

"Memang daerah ini sedang terjadi musim panen sehingga bisa menyebabkan beberapa biaya produksi di tingkat petani ikut meningkat," katanya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, untuk nilai tukar usaha pertanian (NTUP) juga tercatat menurun dari Maret 113,97 menjadi 112,72 pada April 2018.

"NTUP ini juga menurun cukup besar mencapai 1,10, ini juga bisa dipengaruhi kondisi musim panen yang sedang dijalani petani," katanya.

Maritje menambahkan, kondisi indeks harga konsumen (IHK) di daerah pedesasn pada April 2018 sendiri mengalami deflasi sebesar 0,17 persen.

Subkelompok yang mengalami deflasi yakni bahan makanan sebesar 0,38 persen dan sandang 0,23 persen.

Sementara subkelompok yang mengalami inflasi yakni makanan jadi 0,07 persen, perumahan 0,12 persen, kesehatan 0,00 persen, pendidikan 0,05 persen, dan transportasi 0,06 persen.

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024