Kupang (AntaraNews NTT) - Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur memperkirakan nilai indeks tendensi konsumen (ITK) di provinsi setempat meningkat hingga 103,94 pada trwiwulan II tahun 2018.
"Nilai ITK NTT pada triwulan II 2018 diperkirakan meningkat hingga 103,94 yang mengartikan bahwa tingkat optimisme kondisi ekonomi konsumen yang meningkat," kata Kepala BPS Provinsi NTT Maritje Pattiwaellapia di Kupang, Jumat (18/5).
Ia menjelaskan, peningkatan kondisi ekonomi konsumen tersebut dipengaruhi naiknya pendapatan rumah tangga mendatang dengan nilai indeks yang diperkirakan sebesar 117,48. Pada triwulan I tahun 2018 nilai ITK di provinsi setempat sebesar 80,84 atau menurun dari triwulan sebelumnya.
Kondisi ini terjadi akibat menurunnya pendapatan rumah tangga dengan nilai indeks sebesar 72,29. Selain itu, pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi dengan indeks sebesar 93,41, dan penurunan volume konsumsi dengan indeks 85,27.
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi NTT Triwulan-I 5,19 persen
"ITK untuk NTT pada triwulan I ini bahkan yang terendah di seluruh Indonesia, sementara yang paling tinggi di Kepulauan Bangka Belitung sebesar 110,51," katanya dan menambahkan BPS memperkirakan kondisi ekonomi konsumen yang menurun ini akan kembali meningkat pada triwulan II 2018 dengan nilai ITK sebesar 103,94.
Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi ini, katanya, juga terjadi di seluruh wilayah Indonesia akibat meningkatnya optimisme pendapatan rumah tangga mendatang. Selain itu, adanya rencana pembelian barang-barang tahan lama maupun kegiatan rekreasi, pesta atau hajatan.
Maritje mengatakan,NTT merupakan salah satu dari 16 provinsi dengan nilai ITK berada di bawah nasional yang diperkirakan sebesar 116,38. "Bahkan pada tataran nasional NTT masih pada urutan terakhir dengan selisih indeks sebesar 12,44 poin, meskipun kondisi ekonomi konsumen meningkat," katanya.
"Nilai ITK NTT pada triwulan II 2018 diperkirakan meningkat hingga 103,94 yang mengartikan bahwa tingkat optimisme kondisi ekonomi konsumen yang meningkat," kata Kepala BPS Provinsi NTT Maritje Pattiwaellapia di Kupang, Jumat (18/5).
Ia menjelaskan, peningkatan kondisi ekonomi konsumen tersebut dipengaruhi naiknya pendapatan rumah tangga mendatang dengan nilai indeks yang diperkirakan sebesar 117,48. Pada triwulan I tahun 2018 nilai ITK di provinsi setempat sebesar 80,84 atau menurun dari triwulan sebelumnya.
Kondisi ini terjadi akibat menurunnya pendapatan rumah tangga dengan nilai indeks sebesar 72,29. Selain itu, pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi dengan indeks sebesar 93,41, dan penurunan volume konsumsi dengan indeks 85,27.
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi NTT Triwulan-I 5,19 persen
"ITK untuk NTT pada triwulan I ini bahkan yang terendah di seluruh Indonesia, sementara yang paling tinggi di Kepulauan Bangka Belitung sebesar 110,51," katanya dan menambahkan BPS memperkirakan kondisi ekonomi konsumen yang menurun ini akan kembali meningkat pada triwulan II 2018 dengan nilai ITK sebesar 103,94.
Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi ini, katanya, juga terjadi di seluruh wilayah Indonesia akibat meningkatnya optimisme pendapatan rumah tangga mendatang. Selain itu, adanya rencana pembelian barang-barang tahan lama maupun kegiatan rekreasi, pesta atau hajatan.
Maritje mengatakan,NTT merupakan salah satu dari 16 provinsi dengan nilai ITK berada di bawah nasional yang diperkirakan sebesar 116,38. "Bahkan pada tataran nasional NTT masih pada urutan terakhir dengan selisih indeks sebesar 12,44 poin, meskipun kondisi ekonomi konsumen meningkat," katanya.