Brandy Clear adalah seorang ibu dari lima orang anak yang bekerja di bagian pelayanan pelanggan dan hidup di kota super-sibuk New York. Perempuan berusia 37 tahun tersebut membagikan sebuah tulisan mengenai pengalaman kejiwaan dirinya, termasuk saat ia menjadi seorang pecandu heroin semasa remaja dan perjuangan hidup mengatasi somnifobia.
"Saya berusaha untuk pulih dengan cara lantang sehingga mereka yang menderita dalam kesunyian mengetahui bahwa mereka tidak sendirian," ungkapnya.
Brandy mulai merasa cemas untuk tidur pada saat usianya menginjak 6 atau 7 tahun. Saat berumur 9 tahun, Brandy dibawa ke dokter oleh sang ibu dan ia mendapatkan resep berupa obat penenang dan antihistamin yang lazim digunakan sebagai pelindung dari alergi.
"Itu cukup membantu saya tertidur dan tetap pulas, namun menjadi sangat sulit untuk membangunkan saya pada pagi hari. Dan lagi, saya tidak suka meminumnya," kata Brandy yang lantas menghentikan konsumsi obat-obatan tersebut.
Belakangan, ia mulai memaksakan diri untuk tetap terjaga karena takut untuk tertidur. Hingga pada akhirnya tubuh Brandy menjadi sangat lelah sehingga ia pun tak kuasa untuk memejamkan mata dan tertidur.
"Saya tidak kuat melawan untuk tetap terjaga, kemudian tumbang dan pingsan. Meski begitu, saya tidak akan pernah bisa tertidur lebih dari enam jam," aku Brandy.
Ketika berusia 13 tahun, Brandy hanya tertidur beberapa jam selama sepekan yang membuatnya terus meracau dan harus dilarikan ke rumah sakit. Ia kemudian mendapatkan suntikan bius selama 2 hari.
Setelah kejadian tersebut, ia mengikuti sebuah konseling dan sempat membeberkan sejumlah kekhawatiran yang selalu berputar bising di dalam pikiran: bagaimana jika hal ini atau hal itu terjadi?
"Saya tidak mau tidur karena takut. Saya berpikir, bagaimana seandainya terjadi kebakaran di rumah, semisal ada penjahat masuk dan menyakiti anggota keluarga, atau ibu saya meninggal di sofa, sementara saya tengah tertidur? Saya mulai mengalami serangan kecemasan luar biasa hanya dengan membicarakan hal itu," ungkap Brandy.
Saat tumbuh remaja pada usia 15 tahun, ia kemudian mendapatkan resep obat penenang dengan dosis lebih kuat dari sebelumnya yang juga berfungsi sebagai antipsikotik. Obat golongan ini juga dianggap efektif untuk menutup segala kemungkinan seseorang untuk mengalami mimpi saat tidur.
Imbasnya, Brandy mengalami masalah kemampuan untuk fokus saat bangun tidur. Ia menghentikan konsumsi obat tersebut pada usia 17 tahun dan memutuskan kembali menahan segala keinginan untuk tidur sekuat mungkin.
Gangguan kecemasan pun mulai berkembang ke sebuah tahap ketika tanpa harus berbaring di atas tempat tidur, Brandy tahu bahwa ia akan mengalami serangan ketakutan yang luar biasa.
"Ketika menyadari sudah waktunya untuk tidur, saya akan mulai merasa gugup," pendeknya.
Jalan keluar