Bulan Mei atau awal Juni memang waktu yang tepat memulai serangan karena merupakan masa transisi antara musim semi dan panas. Salah satu kegagalan akibat penundaan melakukan serangan pada Mei atau awal Juni dapat dilihat dari Operasi Barbarossa, yaitu serangan Jerman ke Uni Soviet pada 22 Juni-7 Januari 1942.
Awalnya, Operasi Barbarossa akan dijalankan pada 15 Mei, tetapi berbagai alasan membuatnya tertunda seperti ketidakpastian situasi setelah serangan Jerman ke Yugoslavia dan Yunani di saat yang sama, perlu kesiapan dari pihak negara Poros seperti Rumania dan Finlandia untuk berpartisipasi dalam serangan itu, serta masih adanya kondisi banjir dampak dari musim dingin yang basah beberapa bulan sebelumnya.
Wartawan perang AS pada saat itu, William Shirer, menyatakan bahwa penundaan Operasi Barbarossa selama beberapa pekan itu mengacaukan rencana serangan tersebut, sedangkan banyak sejarawan menilai bahwa penyerangan yang baru dimulai pada 22 Juni membuat serangan Jerman tidak akan bisa sampai Moskow pada September atau sebelum musim gugur/dingin.
Belajar dari berbagai pertempuran di ajang PD II, memang akan lebih efektif bila Ukraina juga melakukan serangan balik yang dimulai pada Mei atau awal Juni.
Namun, perlu diingat pula bahwa perpanjangan konflik juga akan mengakibatkan makin banyak korban jiwa berjatuhan, padahal berbagai pihak juga sedang mengutamakan perdamaian.
Masih segar dalam ingatan tentang pemberitaan beberapa waktu lalu mengenai komunikasi yang dilakukan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dengan Presiden China Xi Jinping, yang kala itu China menyatakan akan mengirimkan utusan khusus ke Ukraina untuk proses perdamaian.
Baca juga: Artikel - Anatomi konflik Sudan
Selain itu, Paus Fransiskus kepada wartawan dalam penerbangan dari Hongaria pada Minggu (30/4) menyatakan bahwa Vatikan saat ini sedang terlibat dalam sebuah misi perdamaian yang berupaya untuk menghentikan konflik antara Rusia dan Ukraina.
Paus mengemukakan bahwa dia telah membahas situasi di Ukraina dengan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban dan Uskup Metropolit Hilarion, seorang perwakilan Gereja Ortodoks Rusia di Budapest.
Sangat disayangkan bila proses perdamaian yang sedang diusahakan dan diupayakan oleh berbagai pihak berpotensi akan dikesampingkan dengan makin banyak pertempuran yang bakal kian banyak pula menelan korban jiwa.
Baca juga: Telaah - Memandang kerusuhan Sumgayit 1988
Perlu diingat bahwa pada saat ini, kondisi ketegangan juga muncul di berbagai tempat lainnya, seperti Sudan dan kawasan perairan di Laut China Selatan hingga Taiwan dan Semenanjung Korea.
Baca juga: Artikel - Menyusuri jejak perang Rasul melawan kafir Quraisy di Jabal Uhud
Dunia sesungguhnya tidak perlu menciptakan ketegangan yang dapat memicu Perang Dunia Ketiga.
Editor: Achmad Zaenal M
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menakar efektivitas rencana serangan balik Ukraina dengan PD II