Artikel - Iran dalam pusaran konflik Palestina-Israel

id Konflik Israel Palestina,Perang Hamas Israel,Invasi darat Israel,Iran

Artikel - Iran dalam pusaran konflik Palestina-Israel

Sistem anti-rudal Iron Dome Israel mencegat roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza, terlihat dari Ashkelon, Israel Selatan, Minggu (8/10/2023). Israel merespon serangan roket yang diluncurkan Hammas dengan melakukan serangan udara hingga mengakibatkan 232 warga Palestina tewas. ANTARA FOTO/REUTERS/Amir Cohen/Spt.

Iran sepertinya paham situasi-situasi ini walau media massa Barat meragukan keberanian Iran menciptakan front baru dalam krisis Gaza, yang justru merupakan skenario yang ingin dihindari Israel dan Amerika Serikat...
Perang itu sendiri bisa menjadi pembenar bagi Iran untuk mengeraskan lagi konsep poros anti-Israel.

Tak hanya itu, perang ini juga akan memberikan tekanan kepada negara-negara Arab yang memiliki atau sedang menjajaki hubungan diplomatik dengan Israel.

Dalam kata lain, Iran berusaha menjauhkan negara-negara Arab dari AS dan Israel. Bahkan demi tujuan itu, Iran siap melangkah lebih dari sekadar membantu Hamas, termasuk menciptakan front baru, entah di Lebanon atau Golan.

Menghadapi kecenderungan ini, Amerika Serikat mengerahkan dua gugus kapal induknya di Mediterania Timur. AS berusaha mengingatkan Iran untuk jangan coba-coba bermanuver dalam krisis Gaza.

Namun demikian, sulit membayangkan Iran akan tinggal diam menyaksikan Hamas yang selama ini disokongnya, dimusnahkan oleh Israel.

Yang terjadi sebaliknya. Iran memberikan pesan bahwa mereka tak ragu membantu Hamas, termasuk kemungkinan menciptakan front baru. Indikasinya terlihat dari serangan roket dan drone ke fasilitas-fasilitas militer AS di Irak dan Suriah belakangan ini.

Iran tahu pasti bukan hanya Hamas yang dihadapkan kepada situasi sulit karena Israel dan Amerika Serikat pun demikian.

Walaupun selama ini membantah terlibat dalam serangan Hamas, Iran tahu pasti sel-sel proksinya di Timur Tengah akan menceburkan diri dalam perang melawan Israel, begitu Israel gagal melokalisasi konflik di Gaza.

Lain dari itu, setiap langkah berlebihan Israel di Gaza, dapat mendorong penduduk di negara-negara Arab yang sudah menormalisasi hubungan dengan Israel, menuntut pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel.

Jika hal itu sampai terjadi, maka jelas bukan hanya Israel yang tertampar, tetapi juga bisa mempermalukan Joe Biden, ketika calon lawan terkuatnya dalam Pemilu 2024, Donald Trump, malah memiliki catatan bagus di Timur setelah mendekatkan empat negara Arab dengan Israel.

Dan seandainya Israel tak bisa mengelola dengan benar operasi militer di Gaza, reputasi Amerika Serikat di Timur Tengah bakal turut rusak. Situasi ini i akan mendorong negara-negara Timur Tengah mencari kekuatan alternatif yang lebih kredibel. China dan Rusia tengah menantikan kesempatan ini.

Baca juga: Menlu China: Israel punya hak jadi negara

Terutama China yang sudah menamakan investasi politik dan ekonomi yang besar di Timur Tengah, dua negara itu mungkin berharap AS dan sekutu-sekutunya salah langkah sehingga fobia dunia terhadap AS semakin besar, dan sebaliknya kecenderungan dunia untuk mendekat kepada China atau Rusia juga membesar.

Iran sepertinya paham situasi-situasi ini walau media massa Barat meragukan keberanian Iran menciptakan front baru dalam krisis Gaza, yang justru merupakan skenario yang ingin dihindari Israel dan Amerika Serikat.

Baca juga: Biden seruhkan pembebasan tawanan oleh kelompok palestina Hamas

Bersama tekanan internasional yang semakin besar, faktor Iran bisa turut mengubah intonasi dukungan tanpa batas Barat kepada Israel. Bukan takut kepada Iran, melainkan khawatir eskalasi konflik bisa merugikan posisi global Amerika Serikat dan Barat.