Artikel - Iran dalam pusaran konflik Palestina-Israel

id Konflik Israel Palestina,Perang Hamas Israel,Invasi darat Israel,Iran

Artikel - Iran dalam pusaran konflik Palestina-Israel

Sistem anti-rudal Iron Dome Israel mencegat roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza, terlihat dari Ashkelon, Israel Selatan, Minggu (8/10/2023). Israel merespon serangan roket yang diluncurkan Hammas dengan melakukan serangan udara hingga mengakibatkan 232 warga Palestina tewas. ANTARA FOTO/REUTERS/Amir Cohen/Spt.

Iran sepertinya paham situasi-situasi ini walau media massa Barat meragukan keberanian Iran menciptakan front baru dalam krisis Gaza, yang justru merupakan skenario yang ingin dihindari Israel dan Amerika Serikat...
Peta geopolitik pun berubah drastis. Iran seketika muncul menjadi kekuatan selain Arab yang menantang Israel di Timur Tengah.

Iran kemudian menjadi lawan terberat Israel setelah Saddam Hussein di Irak dan Muammar Gaddafi di Libya tumbang pada 2003 dan 2011.

Iran muncul sebagai salah satu tambatan kawasan, termasuk Palestina, ketika sejumlah negara Arab menormalisasi hubungan dengan Israel, mulai Mesir pada 1978, Yordania pada 1994, sampai Uni Emirat Arab, Maroko, Sudan, dan Bahrain pada periode 2020-2022.

Ketika Khomeini sukses menumbangkan Shah Iran, Palestina, melalui Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), menjadi satu dari segelintir pihak di dunia Arab yang menyambut Revolusi Islam Iran.

PLO berusaha mencari sekutu sebanyak mungkin, sekalipun sekutu itu berbeda dalam hampir segala spektrum, termasuk agama. Iran adalah negara dengan mayoritas penduduk bermazhab Syiah, sedangkan Palestina adalah wilayah berpenduduk mayoritas Sunni.

Sikap PLO itu berbeda jauh dengan kebanyakan negara Arab yang sebagian besar diperintah raja atau diktator. Negara-negara ini was-was terhadap Iran karena ditakutkan berusaha mengekspor revolusi Islam ke luar Iran.

Dalam konteks Palestina, Iran awalnya menyalurkan dukungan kepada Otoritas Palestina pimpinan Yasser Arafat. Namun, setelah Arafat wafat pada 2004, dan setelah Israel menarik diri dari Jalur Gaza pada 2005, orientasi politik Iran di Palestina berubah.

Ketika dunia Arab berusaha menjauhkan Otoritas Palestina dari Iran, dan saat bersamaan lahir Hamas di Jalur Gaza, Iran mengalihkan perhatian kepada Hamas.

Dukungan itu membesar setelah Hamas memenangi pemilu Palestina 2006 dan kemudian menjadi penguasa de facto Jalur Gaza setelah menendang Fatah dari Jalur Gaza untuk hanya memerintah di Tepi Barat.

Tidak saja aktif memberikan dukungan ekonomi, Iran juga aktif memasok senjata dan memberikan pelatihan militer kepada Hamas.

Dengan menggandeng Hamas yang saat ini merupakan kelompok perlawanan Palestina paling efektif, Iran berusaha mengancam langsung Israel, di samping milisi Syiah Hizbullah di Lebanon yang memiliki ratusan ribu peluru kendali.

Hamas sendiri memanfaatkan hubungan dengan Iran untuk memperkuat daya tawar ketika kebanyakan negara Arab enggan berkonfrontasi dengan Israel. Kondisi ini membuat Iran semakin percaya diri untuk mengisi posisi kepemimpinan Timur Tengah, bahkan dunia Islam.

Ambisi itu kian besar setelah serangan Hamas ke dalam wilayah Israel pada 7 Oktober yang dibalas Israel dengan menyerang Gaza, untuk menciptakan perang baru di Gaza.


Front baru