Artikel - Menangkap segudang peluang pada tahunpolitik

id Pemilu,Ekonomi Pemilu,Tahun Politik,artikel ekonomi Oleh Agatha Olivia Victoria

Artikel - Menangkap segudang peluang pada tahunpolitik

Petugas memasang bendera partai politik di bak mobil. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

...Dengan banyaknya pemimpin rakyat yang akan dipilih, maka momen Pemilu 2024 berpeluang memberikan pengaruh yang signifikan kepada perekonomian Indonesia melalui peningkatan ekonomi pemilu
Pertumbuhan ekonomi global tahun 2024 diproyeksikan akan turun dari tahun-tahun sebelumnya. Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperkirakan perekonomian dunia tumbuh 2,9 persen (yoy) pada 2024, menurun dari perkiraan 3 persen (yoy) pada 2023 dan realisasi 3,5 persen (yoy) pada 2022.

Kendati demikian, untuk negara berkembang, pertumbuhan ekonomi diproyeksikan melaju di atas pertumbuhan ekonomi global dan negara maju, yakni 4 persen (yoy) pada 2024. Adapun negara maju diprediksikan hanya tumbuh 1,4 persen (yoy) pada tahun depan.

Meskipun terdapat ketidakpastian dalam kondisi perekonomian global, ekonomi Indonesia tetap solid. Pada Kuartal III 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap menguat sebesar 4,94 persen (yoy).

Adapun pada 2023, pemerintah optimistis ekonomi akan tumbuh 5,1 persen (yoy), sementara pada 2024 ditargetkan sebesar 5,3 persen (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut akan didorong oleh permintaan dalam negeri, termasuk konsumsi swasta, belanja Pemerintah, dan investasi, salah satunya sebagai dampak dari Pemilu 2024.

Kementerian Keuangan mengestimasikan Pemilu 2024 akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 0,2 persen pada tahun ini dan 0,25 persen pada tahun depan.

Konsumsi Pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) diperkirakan naik 0,75 persen di 2023 dan 1 persen pad 2024, sebagai dampak pesta demokrasi tersebut.

Untuk Pemilu 2024, Kemenkeu mengalokasikan anggaran hingga Rp71,3 triliun yang meliputi sebesar Rp3,1 triliun pada 2022, Rp30 triliun pada 2023, serta Rp38,2 triliun pada 2024 atau saat berlangsungnya pemilu.

Keseluruhan alokasi untuk penyelenggaraan Pemilu 2024 tersebut meningkat sekitar 57,3 persen dibanding anggaran Pemilu 2019 yang sebesar Rp45,3 triliun. Kenaikan anggaran salah satunya disebabkan lebih banyaknya calon pemimpin yang akan dipilih pada tahun depan.

Kendati demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku siap mengantisipasi jika nantinya terdapat putaran kedua Pemilu 2024. Adapun Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan skenario jadwal putaran kedua pemilu pada 22 Maret 2024.

"Kalau memang ada putaran kedua, itu akan menambah sekitar Rp17 triliun pada anggaran pemilu," ujar Sri Mulyani.

Di sisi lain, konsumsi LNPRT juga diproyeksikan meningkat sebesar 4,72 persen pada 2023 dan 6,57 persen pada 2024 sebagai dampak dari pengeluaran calon anggota legislatif (caleg).

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Abdurohman menyebutkan angka tersebut berdasarkan perhitungan kasar dari asumsi pengeluaran caleg DPR sebesar Rp1 miliar per orang dan caleg DPRD di kisaran Rp200 juta.

Pengeluaran caleg tersebut berasal dari perkiraan total caleg sebanyak 8.037 untuk memperebutkan 500 kursi DPR, 12.372 kursi DPRD Tingkat I, dan 17.510 kursi DPRD Tingkat II.

Aktivitas produksi seperti penyediaan atribut dan pengumpulan massa selama kampanye di saat yang sama akan meningkatkan permintaan terhadap berbagai produk makanan dan minuman, industri tekstil dan produk tekstil (TPT), akomodasi, serta industri transportasi.

Implikasinya, berbagai aktivitas LNPRT tersebut pada akhirnya akan mendorong peningkatan komponen konsumsi masyarakat dalam PDB. Dengan demikian, proyeksi dampak tak langsung pemilu ke konsumsi rumah tangga akan mencapai sekitar 0,14 persen pada tahun ini dan 0,21 persen pada tahun depan.

Sepanjang persiapan Pemilu 2024, terdapat pula potensi perputaran uang sebesar Rp100 triliun, baik dari belanja pemerintah maupun konsumsi LNPRT.

Kepala Ekonom PermataBank Josua Pardede memperkirakan perputaran uang selama pemilu kali ini akan berdampak terhadap konsumsi masyarakat sebesar 0,1 persen hingga 0,3 persen terhadap PDB.

Mencermati tingkat kepuasan masyarakat yang cukup tinggi terhadap kinerja petahana, Josua pun memperkirakan bahwa besar kemungkinan pemerintahan selanjutnya akan meneruskan kebijakan yang sudah ada.

Dengan begitu, sekalipun investasi asing melemah, optimisme akan tetap ada, ditambah dengan adanya potensi kenaikan peringkat utang (sovereign credit rating) Indonesia pada tahun mendatang.

“Yang menarik, justru investasi domestik atau PMDN (penanaman modal dalam negeri) menunjukkan tren tetap positif, karena itu pelaku usaha dan investor domestik perlu terus didorong kontribusinya,” katanya.


Potensi bisnis