Kupang (Antara NTT) - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Provinsi Nusa Tenggara Timur Semuel Rebo mengatakan, PT Djarum Grup mengembangkan sayap bisnis di Pulau Sumba dengan menginvestasikan dana Rp9 triliun lebih.
"Ada tiga perusahaannya yang berinvetasi di pulau Sumba dan semuanya berada di wilayah Sumba Timur," kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Provinsi Nusa Tenggara Timur Semuel Rebo di Kupang, Sabtu.
Untuk invetasi di bidang perkebunan tebu dengan pengendali PT Muria Sumba Manis, PT Djarum Grup menanamkan modalnya senilai Rp9 triliun dengan luasan lahan 50 ribu hektare dengan sistem hak guna pakai (HGP) 30 tahun.
Dalam perencanaannya, perusahaan itu akan membangun pabrik gula di kawasan pertanian tersebut, untuk bisa memanfaatkan bahan baku tebu yang ada tersebut. "Selain itu juga akan membuka peluang tenaga kerja warga lokal di perusahaan tersebut," katanya.
Investasi lainnya masih seputar perkebunan pohon sejenis `jarak` yang akan memproduksi semacam serel dengan nilai invetasi Rp237 miliar. "Jenis investasi ini dikendali oleh PT Lingkar Agro Sejahtera," katanya.
Sedangkan investasi lainnya berupa tanaman `Sisal` famili kaktus yang akan dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan karpe dan sejumlah tali nilon. "Juga bisa menjadi bahan dasar minuman `tequila` yang bersumber dari umbi akarnya," katanya.
Jenis investasi ini dikendalikan oleh PT Palma Asri Sejahtera dengan total nilai investasi sebesar Rp355 miliar.
Sementara itu, Pelaksana Bidang Pengendalian Penanaman Modal, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Thomas Marianus Daton Kelen, mengatakan, dengan jumlah kelompok investasi dari para investor berkelas nasional dan internasional itu, maka diyakini akan bisa mendongkrak target investasi yang ditetapkan BPM RI, senilai Rp2 triliun.
Menurut dia, selain PT Djarum Grup, juga ikut berinvestasi di Pulau Sandelwood itu PT Sampoerna Grup yang memilih berinvestasi di bidang perkebunan cengkeh.
Hasil investasi tersebut, telah menyumbangkan nilai investasi sebesar Rp128,5 triliun untuk triwulan dua 2016.
"Ada juga `Kapal Api` Grup dengan PT Megro Agro Abadania melakukan investasi di Sumba dengan total investasi Rp110,7 miliar," katanya.
Dari kondisi ini, lanjut Thomas, capaian nilai investasi di provinsi seribu nusa itu akan bisa melampaui target yang ditetapkan BPM RI sebesar Rp2 triliun.
Untuk daratan pulau Sumba saja, lanjut Thomas saat ini dari hasil laporan kegiatan penanaman modal (LKPM) dengan sistem online, sudah bisa mencapai nilai Rp300 miliar. "Dan ini berpeluang ada penambahan untuk pelaporan dengan sistem online dari investor lainnya di Sumba Barat dan Sumba Barat Daya," tegasnya.
Dia mengaku ada banyak pelaporan dengan sistem manual oleh sejumlah investor yang tidak masuk dalam rekapan pelaporan BPM RI. Hal itu karena kewajiban pelaporan yang diharuskan BKPM RI menggunakan sistem online.
memang untuk NTT masih terdapat kendala pemanfaatan sistem LKPM secara online, karena masih ada banyak perusahaan yang memanfaatkan sistem manual.
Namun demikian, secara kelemabagaan BKPMD NTT terus mendorong investor untuk mengubah sistem pelaporan menjadi online agar bisa masuk dalam hitungan BKPM RI di Jakarta.
Secara kumulatif, ada sebanyak 62 jenis investasi di NTT, dengan jumlah perusahaan jenis Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berjumlah 19 perusahaan dan jenis usaha yang tergolong dalam Penanaman Modal Asing (PMA) berjumlah 43 perusahaan.
Dari jumlah itu, investasi yang bergerak di sektor primer, untuk PMDN berjumlah 11 perusahaan dan tiga perusahaan berjenis PMA. Di sektor sekunder ada tiga perusahaan PMDN yang menginvestasikan modalnya, sementara PMA tidak ada.
Sedangkan untuk investasi di sektor tersier, ada terdapat 27 perusahaan berjenis PMDN dan 14 perusahaan jenis PMA yang berinvestasi dengasn pelibatan tenaga kerja lokal yang memenuhi standar yang diwajibkan.
Dia menyebut total tenaga kerja yang terserap di 62 perusahaan tersebut berjumlah 2.518 orang.
Dari jumlah itu, yang terserap di perusahaan asing atau PMA sebanyak 2.033 orang tenaga kerja, dengan jumlah tenaga kerja Indonesia sebanyak 2.022 orang dan selebihnya 11 orang tenaga kerja asing.
Sedangkan untuk jumlah tenaga kerja yang terserap di perusahaan dalam negeri sebanyak 485 orang, dengan jumlah tenaga kerja Indonesia berjumlah 479 orang dan sisanya enam orang merupakan tenaga kerja asing.