DBD di Manggarai Barat sudah mencapai 452 kasus

id DBD

DBD di Manggarai Barat sudah mencapai 452 kasus

Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Theresia Sarlyn Ralo sedang memberikan penjelasan terkait serangan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di NTT. (ANTARA Foto/Asis Lewokeda).

Kasus deman berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur sejak Januari 2019 sampai saat ini sudah mencapai 452 kasus.
Kupang (ANTARA News NTT) - Kasus deman berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Manggarai Barat, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur sejak Januari 2019 sampai saat ini sudah mencapai 452 kasus.

Menurut laporan dari Posko Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD Manggarai Barat di Kupang, Rabu (20/2) menyebutkan pada awal Januari 2019, kasus DBD di Manggarai Barat hanya 330 kasus, namun hingga 19 Februari 2019 jumlahnya terus bertambah menjadi 122 kasus.

Dengan demikian, jumlah kasus DBD di wilayah yang sangat kaya dengan obyek wisata itu sudah mencapai 452 kasus. Hingga kemarin (Selasa, 19/2), tercatat 16 pasien DBD yang menjalani rawat inap di RSUD Komodo, namun 8 pasien di antaranya langsung pulang.

Secara terpisah Bupati Manggarai Barat Agustinus Ch Dula mengakui bahwa DBD di wilayah kerjanya sampai saat ini masih berstatus KLB sejak ditetapkan pada 2018.

Untuk mengatasi DBD di Manggarai Barat, pemerintahannya telah mengalokasikan anggaran dari APBD setempat senilai Rp1,9 miliar untuk mendukung penanganan DBD maupun untuk bencana alam lainnya di Pulau Flores bagian barat itu.

"Kami terus lakukan gerakan bersih-bersih bersama-sama setiap hari baik di perkantoran, jalan, kali, pasar, hingga lingkungan RT-RW.  Ada pula dengan fogging ke lingkungan pemukiman warga," katanya.

Genangan air di drainase yang ada di Kota Labuan Bajo, ibu kota Manggarai Barat, diduga kuat menjadi ladang pengembangbiakan nyamuk penyebar maut Aedes Aegypti yang kemudian menyerang warga setempat. 

Agustinus menegaskan pemerintahannya sangat berkepentingan dengan kasus DBD tersebut, mengingat Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo (TNK) menjadi salah satu tujuan wisata secara nasional.

"Jika DBD ini kemudian menjadi wabah dan terjadi travel warning, maka Labuan Bajo dan TNK akan terpukul hebat, karena wisatawan asing, khususnya dari Eropa sangat alergi dengan DBD. Arus kunjungan wisatawan pasti akan berkurang," katanya.

Baca juga: Dinkes NTT kirim petugas ke Sumba Timur atasi DBD
Baca juga: DBD menyebar di seluruh wilayah NTT