Kupang (ANTARA) - Kepala Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara Timur, Agus Sosiawan mengemukakan investasi pemerintah untuk pembangunan bendungan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), sepanjang tahun 2014-2019 mencapai sekitar Rp3 triliun.
"Nilainya kurang lebih sekitar Rp3 triliun untuk empat bendungan, tetapi angka persisnya ada di Satker," kata Agus Sosiawan kepada Antara di Kupang, Minggu (14/4).
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan nilai investasi yang sudah digelontorkan pemerintah pusat untuk membangun bendungan dalam skala besar di provinsi berbasis kepulauan itu pada masa pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Saat ini tercatat sudah ada empat bendungan dari rencana tujuh bendungan yang sudah dan sedang dalam pembangunan di wilayah yang berbatasan darat dengan Negara Timor Leste dan laut dengan Australia itu.
Bendungan Reknamo adalah bendungan yang dibangun pertama di NTT. Bendungan dengan luas 147 hektare itu mulai dibangun Desember 2014, dengan menghabiskan dana sekitar Rp760 miliar dengan kapasitas air mencapai 14,09 juta meter kubik.
Bendungan Raknamo yang dibangun diatas lahan kurang lebih. 197,34 hektare itu terletak di Kabupaten Kupang, dan di groundbreaking oleh Presiden Joko Widodo, pada 20 Desember 2014.
Bendungan ini melayani kebutuhan air baku bagi warga Kabupaten Kupang 100 liter/detik, kebutuhan air untuk lahan irigasi seluas 1.250 ha, mengurangi genangan air pada daerah hilir sungai Puames dan sekitar Kota dan Kabupaten Kupang serta untuk pengembangan pariwisata.
Baca juga: Jokowi: Perlu terus dibangun bendungan untuk NTT
Kedua Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu dengan nilai investasi sekitar Rp470 miliar lebih. Bendungan ini memiliki kapasitas tampung 3,2 juta M3.
Bendungan Rotiklot bermanfaat untuk penyediaan air untuk lahan irigasi seluas 139 hektare padi dan 500 hektare palawija. Manfaat lainnya sebagai pengendalian banjir daerah hilir kawasan Ainiba serta suplai air baku untuk masyarakat dan pelabuhan Atapupu sebesar 40 liter/detik.
Ketiga Bendungan Napun Gete, di Desa Ili Medo, Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka, dengan nilai investasi sekitar Rp884 miliar. Bendungan ini berkapasitas tampung sebanyak 14 juta meter kubik air.
Pembangunan bendungan di atas lahan pusat kali besar (Napun Gete) seluas 161,61 hektar itu, yang dimulai pada 2016 dan ditargetkan selesai pada tahun 2020.
Bendungan keempat yang juga sedang dalam pembangunan adalah Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan nilai investasi sekitar Rp1,4 triliun.
Bendungan terbesar dari rencana pembangunan tujuh bendungan ini akan menjadi sumber air baku dan mengairi lahan irigasi seluas 10.000 hektare.
Bendungan dengan panjang 550 meter dan tinggi 55 meter ini, menempati lahan seluas 45 hektare dan mampu menampung air hingga 45 juta meter kubik.
Jika bendungan ini selesai dibangun, maka akan mengurangi banjir di Kabupaten Malaka karena bendungan dibangun di pertemuan dua sungai yang airnya mengalir dari Gunung Mutis di Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Pembangunan bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan dimulai sejak 2018 dan dijadwalkan rampung pada 2022.
Dari empat bendungan yang sudah dibangun ini, dua di antaranya sudah rampung yakni Bendungan Raknamo di Kabupaten Kupang dan Bendungan Rotiklot di Kabupaten Belu.
Baca juga: Balai Sungai harapkan lokasi Bendungan Nagekeo segera ditetapkan
Baca juga: Kemen-PUPR bangun satu bendungan lagi di Belu
Investasi untuk pembangunan bendungan di NTT mencapai Rp3 triliun
Kepala Balai Wilayah Sungai NTT Agus Sosiawan mengemukakan investasi pemerintah untuk pembangunan bendungan di Provinsi NTT sepanjang tahun 2014-2019 mencapai sekitar Rp3 triliun.