Kupang (Antara NTT) - Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Timur mencatat jumlah tamu menginap pada hotel berbintang di daerah ini naik dari 22.002 orang pada November 2016 menjadi 22.984 orang pada Desember 2016.
"Hal ini berarti dari seluruh kamar hotel berbintang yang tersedia di NTT pada bulan Desember 2016 rata-rata terisi sekitar 55,46 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Timur Maritje Pattiwalapia di Kupang, Kamis.
Ia mengatakan dari total jumlah tamu yang menginap itu, jumlah tamu nusantara yang menginap naik dari 20.398 orang pada November 2016 menjadi 21.702 orang pada Desember 2016.
Sebaliknya, kata dia jumlah tamu mancanegara yang menginap turun dari 1.604 orang pada November 2016 menjadi 1.282 orang pada Desember 2016.
Rata-rata lama tamu menginap pada hotel berbintang di NTT selama Desember 2016 juga mengalami penurunan menjadi 1,92 hari dari rata-rata November 2016 sebesar 2,05 hari.
Sementara itu pada Desember 2016 rata-rata lama menginap tamu mancanegara naik menjadi 3,79 hari dibandingkan pada bulan November 2016 selama 3,03 hari.
Rata-rata lama menginap tamu nusantara turun menjadi 1,81 hari pada bulan Desember 2016 dibandingkan bulan November 2016 selama 1,98 hari.
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nusa Tenggara sebelumnya meminta pihak perhotelan setempat agar secara akurat menyampaikan jumlah pengunjung atau wisatawan yang menginap, sehingga bisa diketahui jumlahnya secara pasti ketika dilakukan penghitungan.
"Tidak boleh karena takut kena pajak jumlah pengunjung hotel yang sebenarnya 300 orang hanya disampaikan 100 orang oleh managemen hotel kepada pihak BPS," kata Kepala Disarekraf NTT Marius Ardu Jelamu.
Hal tersebut, menurut dia satu penyebab tidak akurat data pengunjung yang diperoleh BPS sebagai lembaga survei ditunjuk negara.
"Dalam catatan jumlah pengunjung tahun ini yang kami peroleh dari Taman Nasional Komodo dan juga Gunung Kelimutu berkisar 90 hingga 100 ribu orang namun dalam perhitungan BPS berbeda," katanya mencontohkan.
Marius menilai perhitungan jumlah pengunjung yang dilakukan BPS tidak seimbang karena berpatokan pada wisatawan yang menginap di hotel-hotel berbintang.
Padahal, banyak wisatawan yang mengunjungi berbagai destinasi wisata unggulan di provinsi kepulauan itu, juga memilih penginapan atau hotel-hotel kecil, dan rumah warga yang disewakan.