RS Penuh dengan Pasien Diare

id Diare

RS Penuh dengan Pasien Diare

Direktris RSUD SK Lerik Kota Kupang dr Marciana Halek

"Rata-rata penderitanya adalah anak-anak karena daya tahan tubuh mereka lemah terhadap virus yang menyerang di tengah perubahan cuaca yang tengah berlangsung saat ini," kata dr Marciana Halek.
Kupang (Antara NTT) - Penyakit diare mulai menyerang anak-anak di Kota Kupang dan sekitarnya yang menyebabkan RSU Daerah SK Lerik milik pemerintah Kota Kupang penuh dengan pasien diare.

"Rata-rata penderitanya adalah anak-anak karena daya tahan tubuh mereka lemah terhadap virus yang menyerang di tengah perubahan cuaca yang tengah berlangsung saat ini," kata Direktris RSUD SK Lerik Kota Kupang dr Marciana Halek di Kupang, Kamis.

Meskipun tidak merinci jumlah pasien diare yang dirawat, Marciana menyebut penyakit diare mendominasi perawatan di rumah sakit tersebut, selain pasien dengan penyakit yang lain.

"Namun yang demam berdarah dengue (DBD) saat ini tidak dirawat di rumah sakit ini. Mungkin di rumah sakit lainnya," katanya.

Dia mengatakan dengan kondisi curah hujan yang sudah mulai konsisten tersebut, telah memungkinkan adanya pencemaran sumber air baku yang digunakan sehari-hari untuk mandi, cuci dan kakus (MCK).

Oleh karena itu, katanya, jika daya tahan tubuh tidak cukup kuat maka dengan mudah akan bisa terserang diare, seperti yang dialami anak-anak saat ini

Selain itu, katanya, masih dijumpai pola dan perilaku hidup warga di tengah musim penghujan seperti ini yang mengabaikan sanitasi lingkungan dan kebersihan diri.

"Kadang tidak memasak air hingga matang dan tidak mencuci tangan saat makan. Ini juga salah satu pemicu terjadinya diare," katanya.

Dia menjelaskan sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi rotavirus, termasuk bakteri dan parasit yang mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. "Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar," katanya.

Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus menjadi singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. "Hal inilah yang menyebabkan tinja berair pada diare," katanya.

Sebenarnya, usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare kemudian dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi mengancam jiwa penderita diare.

Selain karena rotavirus, katanya, diare antara lain juga bisa terjadi akibat kurang gizi, alergi, dan tidak tahan terhadap laktosa.

Ia mengatakan bayi dan balita banyak yang memiliki intoleransi terhadap laktosa karena tubuh tidak punya atau hanya sedikit memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna laktosa yang terkandung susu sapi.

Tidak demikian dengan bayi yang menyusu ASI, katanya, bayi tersebut tidak akan mengalami intoleransi laktosa karena di dalam ASI terkandung enzim laktose. Di samping itu, ASI terjamin kebersihannya karena langsung diminum tanpa wadah seperti saat minum susu formula dengan botol dan dot.

Gejala diare, kata dia, antara lain tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai, muntah badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran.

Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejal-gejala lain, seperti flu agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala.

Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.

"Karena itu diharap agar bisa langsung diberi pengobatan agar tidak sempat menjadi parah," katanya.

Dia menghimbau seluruh masyarakat di musim seperti ini untuk tetap menjaga pola hidup sehat, minum air cukup dan sudah dimasak mendidih serta mencuci tangan sebelum makan.