Kupang (ANTARA) - Sejumlah organisasi wartawan di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, menyesalkan dugaan ancaman yang dilakukan oleh Komandan Korem 161/Wirasakti Brigjen TNI Samuel H kepada sejumlah wartawan saat meliput kedatangan Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Kurnia Dewantara di Markas Lantamal VII Kupang, Kamis sore.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) NTT Ferry Jahang kepada ANTARA di Kupang, Kamis, (6/8) malam mengatakan bahwa dirinya sungguh menyesalkan apa yang dilakukan oleh orang nomor satu di lingkup Korem 161/Wirasakti tersebut.
Baca juga: PWI NTT: Wartawan harus pandai memverifikasi informasi
"Kami sungguh menyesalkan hal ini jika memang apa yang kami dengar benar-benar menimpa rekan-rekan jurnalis kami saat melaksanakan tugas jurnalistik mereka," ujarnya.
Menurut Ferry kedatangan wartawan untuk meliput kunjungan kerja Pangdam IX/Udayana di Kupang itu karena memang memenuhi undangan dari pihak Penerangan Korem 161/Wirasakti.
Ia juga mengatakan bahwa jika ada hal-hal yang dilarang saat jurnalis melakukan peliputan, hendaknya disampaikan diawal-awal sehingga tak ada jurnalis yang merekam atau memotret.
"Rekan-rekan jurnalis sudah pasti paham jika ada larangan-larangan dan mereka pasti tidak akan melakukan hal tersebut," tutur dia.
Oleh karena itu ia meminta agar Danrem harus meminta maaf kepada sejumlah jurnalis secara lembaga, karena memang hal tersebut melecehkan profesi jurnalis tersebut.
Hal yang sama juga disampaikan oleh ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Nusa Tenggara Timur Sigrianus Marutho Bere. Menurut dia sikap yang dilakukan oleh Danrem tersebut bukan merupakan perbuatan yang terpuji.
"Kami dari IWO NTT menyesal dengan tindakan yang dilakukan Danrem terhadap Jurnalis ANTARA dan sejumlah jurnalis media televisi nasional lainnya, dan media daring serta media cetak yang meliput kunjungan Pangdam IX/Udayana," tambah dia.
Menurut dia sebelum-sebelumnya pimpinan TNI di NTT selalu bersikap humanis dan juga sangat ramah dengan wartawan yang meliput kegiatan TNI di NTT. Namun dengan tindakan yang dilakukan oleh pimpinan TNI di NTT saat ini tentu akan membuat hubungan antara wartawan dan Danrem Kupang akan menjadi renggang.
Baca juga: Prajurit Pulau Terluar Adalah Prajurit Pilihan
Apalagi kata dia wartawan hadir dan meliput kegiatan tersebut atas undangan pihak TNI sendiri, karena itu tindakan dari seorang Danrem tidak pantas dilakukan seperti itu.
"Ini jelas telah mencoreng hubungan baik yang selama ini terjalin baik, antara wartawan dengan Danrem. Kita berharap Danrem segera meminta maaf atas sikapnya itu," ujarnya.
Sebelumnya dalam kunjungan kerja Pangdam X/Udayana Mayjen TNI Kurnia Dewantara di Markas Lantamal VII Kupang untuk memimpin apel kedatangan Satgas Pamtas Yonarmed 3/105 Tarik, Danrem 161/WS sempat melarang-larang sejumlah wartawan nasional dan lokal saat meliput aksi yel-yel yang dilakukan oleh 400 personel TNI AD yang baru tiba di Kupang.
Baca juga: Pangdam puji Satgas Pamtas RI-Timor Leste
Tak hanya itu, Danrem juga sempat menunjuk-nunjuk menggunakan tongkat komando dan memarahi pewarta ANTARA yang bertugas meliput kegiatan Pangdam serta mengeluarkan kata ancaman. Tak hanya itu, ia juga sempat mengancam beberapa wartawan lainnya.
"Awas ya, kalau ada yang memunculkan foto prajurit tanpa masker akan saya cari," tuturnya dengan nada ancaman sambil menunjuk menggunakan tongkatnya.
Organisasi wartawan di Kupang sesalkan ancaman Danrem pada wartawan
Kami sungguh menyesalkan hal ini jika memang apa yang kami dengar benar-benar menimpa rekan-rekan jurnalis kami saat melaksanakan tugas jurnalistik mereka