Minat Menabung di NTT Tinggi

id dion

Minat Menabung di NTT Tinggi

Dion DB Putra

Hasil survei menunjukkan minat menabung masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT) cukup tinggi yaitu 70 persen dan menjadi yang tertinggi dibandingkan penabung di NTB, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Kupang (Antara NTT) - Hasil survei menunjukkan minat menabung masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT) cukup tinggi yaitu 70 persen dan menjadi yang tertinggi dibandingkan penabung di NTB, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

"Survei yang dilakukan Bappenas bekerja sama dengan Pemerintah Australia dan Swiss bertajuk Survey on Financial Inclusion and Access juga mencatat proporsi penduduk yang menabung di Provinsi NTB 56 persen, Jawa Timur 56 persen, dan Sulawesi Selatan 61 persen," kata Ketua PWI NTT Dion DB Putra, di Kupang, Rabu, (26/7).

Artinya, kata Pemred SKH Pos Kupang itu, NTT menjadi provinsi dengan proporsi penduduk yang menabung tertinggi dibandingkan provinsi lain, dengan persentase 70 persen dibandingkan NTB 56 persen, Jawa Timur 56 persen, dan Sulawesi Selatan 61 persen.

Survei terhadap 20.000 responden di 1.250 desa, dari 93 kabupaten di empat provinsi, yakni Jawa Timur, Sulawesi Selatan, NTT, dan NTB dilakukan untuk mengetahui animo masyarat dalam memasuki era "digital banking" untuk kelancaran transaksi.

Pada sisi lain dari survei itu, penduduk dewasa yang menggunakan jasa keuangan semi-formal (tidak diatur dan diawasi seperti koperasi simpan pinjam) di NTT mencapai 23 persen, Jawa Timur 125 persen, NTB 7 persen, dan Sulsel 5 persen.

Saat ini industri perbankan tengah memaksimalkan digital banking sebagai sarana layanan perbankan untuk memperlancar transaksi sektor keuangan sebagai salah satu pilihan bagi masyarakat dalam menyimpan uang di bank.

"Masyarakat NTT perlu diberikan pemahaman serta dibiasakan untuk melakukan transaksi keuangan melalui perbankan. Sebab, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang belum terbiasa dengan transaksi melalui bank," katanya.

Hal ini katanya bertentangan di era kekinian ini, kebanyakan orang menggunakan ATM, ini merupakan layanan digital banking yang paling umum. 

Selain itu, kata dia, ada juga kartu kredit, e-money, kemudian sekarang ada agen laku pandai sebagai Agen Lembaga Keuangan Digital (LKD)yang sudah dalam frame manajemen Bank Indonesia disebut sebagai inklusi keuangan.

Tingkat optimalisasi program digital banking ini penting dilakukan karena beberapa bulan yang lalu juga masyarakat diganggu dengan investasi bodong. Ini penyebabnya karena masyarakat belum dibiasakan untuk melakukan transaksi perbankan.

Menurut dia, tingginya proporsi menabung ini merupakan modal untuk memasuki era digitalisasi perbankan.
"Ini animo yang luar biasa bagi industri perbankan yang tengah menyosialisasikan aplikasi transaksi daring atau online (dalam jaringan) langsung dan lancar," katanya.

Hal ini katanya terbukti dari 5 tahun terakhir, pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi selalu lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi nasional.  Pertumbuhan tersebut tidak terlepas dari penetrasi telepon selular, konsumsi pulsa dan layanan data internet.