Kupang (Antara NTT) - Harga ayam pedaging pada sejumlah pasar tradisional dalam Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur cenderung naik pascalebaran, sehingga membuat para pedagang ayam pun ikut menaikkan harganya setelah mendapatkan dari pengusaha ayam lokal.
Daniel Bulu (52), salah seorang pedagang ayam pedaging di Pasar Oesapa Kupang ketika ditemui, Selasa, mengatakan harga ayam pedaging pascalebaran terbilang mahal, karena masih diperoleh dengan harga Rp65.000/ekor dari harga normal Rp40.000/ekor.
"Dua pekan lalu, harga ayam pedaging mencapai Rp80.000/ekor," katanya dan menjelaskan bahwa kecenderungan naiknya harga ayam pedaging tersebut karena stoknya sangat terbatas di pasaran Kupang.
"Semenjak Lebaran, harga ayam memang cenderung naik. Pekan lalu, pasokan ayam sangat sedikit. Saya beli ayam pedaging umur tiga minggu terpaksa saya jual kembali kepada konsumen dengan harga Rp50.000/ekor, sementara untuk ayam pedaging yang sudah berumur sebulan, saya jual dengan harga Rp80.000/ekor," kata Daniel.
Ia mengatakan meskipun para konsumen mengeluh soal harga ayam pedaging cenderung naik, namun mereka tetap membelinya karena sangat membutuhkan.
Di tengah keadaan gelombang laut yang tidak bersahabat, ikut memicu terjadinya kenaikan harga ikan di pasaran, sehingga konsumen lebih cenderung memilih untuk membeli ayam ketimbang ikan.
Harga ikan di pasaran Kupang masih menjulang tinggi, karena persediaannya terbatas menyusul minimnya nelayan melaut karena keadaan gelombang serta angin laut yang sangat kencang.
Asropah (52), salah seorang pedagang ayam pedaging di Pasar Oebobo Kupang mengaku terus merugi karena menjualnya dengan harga Rp45.000 sampai Rp65.000/ekor dari Rp35.000/ekor yang dibelinya dari tangan para pengusaha ayam lokal.
Menurut dia, harga ayam pedaging sampai saat ini masih fluktuatif sehingga selalu tidak stabil. "Harga yang saya tetapkan Rp45.000 sampai Rp60.000/ekor itu pun dinilai pelanggan masih terlalu mahal, sehingga terpaksa menjualnya dengan harga pokok," ujarnya.
Pedagang asal Surabaya, Jawa Timur itu menambahkan ia rela menjualnya dengan harga pokok agar dagangannya bisa laku. "Prinsipnya, dagangan saya bisa laku terjual, daripada membusuk," ujarnya.
Nada yang sama juga disampaikan oleh Hj Najiah, salah seorang pedagang ayam pedaging di Pasar Kasih Naikoten Kupang. "Ayam yang kami beli langsung dari pengusaha lokal, harganya berkisar antara Rp45.000 sampai Rp50.000/ekor, sehingga kami menjualnya dengan harga Rp60.000/ekor," katanya.
Namun, harga tersebut dinilai pembeli masih terlalu mahal. "Kami terpaksa menjualnya sesuai harga pokok. Kami rugi besar, namun mau bagaimana lagi. Inilah yang disebut risiko berdagang," ujarnya.
Kepala Dinas Perdagangan Nusa Tenggara Timur Simon Tokan juga mengakui bahwa harga ayam pedaging di sejumlah pasar yang ada dalam Kota Kupang masih fluktuatif pascalebaran.
"Saya lebih melihat masalah ini pada mekanisme pasar. Artinya, jika pasokan ayam pedaging ke pasaran dalam jumlah banyak, pasti akan ikut mendorong penurunan harga. Kalau stoknya terbatas, pasti dijual dengan harga yang mahal pula," ujarnya.
Menurut dia, kebutuhan ayam pedaging untuk masyarakat kota Kupang sendiri, untuk saat ini terbilang cukup sepanjang bulan Agustus. Hal ini karena banyaknya usaha kecil masyarakat yang bergelut di bisnis peternakan ayam.
"Disini sudah banyak juga produksi ayam pedaging oleh masyarakat lokal untuk kemudian dijual ke pasar-pasar, seperti Pasar Oebobo, Pasar Oeba dan Pasar Naikoten, Jadi, untuk pasokan ayam pedaging, kesiapan daerah terbilang cukup untuk kebutuhan masyarakat," kata Simon.
Ia menambahkan kebutuhan ayam pedaging untuk masyarakat Kota Kupang sendiri didatangkan dari pulau Jawa. Namun, saat ini pasokan ayam pedaging juga banyak diperoleh dari warga lokal sehingga, kesiapan daerah tetap terpenuhi.
Harga Ayam Pedaging Cenderung Naik
Harga ayam pedaging pada sejumlah pasar tradisional dalam Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur cenderung naik pascalebaran.