"Almarhum Barnabas nDjoerumana sebelum meninggal justru sudah menanamkan hal ini kepada kami. Dan beliau juga sudah menanamkan sistem bertahap, bertingkat serta berkelanjutan untuk generasi kempo NTT," katanya kepada Antara di Kupang, Rabu.
Ia menjelaskan kaderisasi yang berlapis-lapis yang dimaksud adalah proses kaderisasi atlet muda mulai dari tingkatan Sekolah Dasar (SD) hingga pada masyarakat umum.
Menurutnya, setiap kali ada pertandingan Kempo Nasional, NTT selalu mengirimkan atlet-atlet dengan wajah baru yang kemudian berujung pada menghasilkan prestasi yang bagus.
"Lawan akan sulit membaca kualitas atlet-atlet kita karena memang muncul dengan wajah baru yang tentu saja mempunyai kualitas yang sama dengan atlet Kempo yang lama karena kaderisasi yang berlapis-lapis itu," tuturnya.
Menurutnya pihaknya akan mengembangkan sistem tersebut dan kemudian mempertahankan sehingga apa yang sudah ditanamkan oleh pendahulu Kempo NTT tetap terjaga dan menghasilkan prestasi yang gemilang.
"Kita sudah kerja sama dengan dinas pendidikan dan perguruan tinggi agar dalam pembinaan atlet kempo usia dini kita ambil dari pelajar dan mahasiswa," tuturnya.
Alasan memilih para pelajar dan kaum intelektual karena baik dari sisi intelektual dan mental ketika bertanding karakternya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh tim pelatih Kempo.
"Sehingga atlet bukan saja berprestasi secara baik di tingkat nasional dan internasional tetapi juga memiliki mental dan karakter yang baik untuk mau dibina dan diajak untuk bekerja keras meraih prestasi," tambahnya.
Selain menggunakan sistem kaderisasi yang berlapis-lapis, pihaknya juga menanamkan disiplin dan kerja keras.
Terkait disiplin dan kerja keras yang kemudian menghasilkan prestasi bertanding yang bagus di Amerika Serikat, Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) NTT Andre Koreh mengatakan bahwa hasil yang diperoleh atlet Kempo NTT adalah bukti dari dispilin yang diterapkan oleh para pendahulu Kempo NTT.
"Kalau Kempo itu merupakan faktor kedisiplinan yang sangat tinggi. Kemauan yang tinggi yang didorong oleh seorang pelatih pendahulu Kempo Barnabas nDjoerumana yang diakui oleh seluruh masyarakat Kempo Indonesia," katanya.
"KONI pusat sangat mengapresiasi bagaimana Pemerintah NTT memberikan perhatian serius buat para atletnya yang baru-baru ini mendapatkan medali emas hingga perunggu di PON Bandung tahun lalu," katanya.
Pemberian apresiasi itu karena perhatian Pemerintah Provinsi NTT kepada para atletnya yang telah mendapatkan emas hingga perunggu. Sebanyak 76 atlet terbaik NTT mengikuti PON XIX di Bandung, Jawa Barat, pada 2016.
Sehubungan dengan itu, pemerintah daerah juga memberikan bonus berupa uang tunai Rp100 juta/orang kepada atlet peraih medali emas, Rp75 juta/orang kepada atlet peraih medali perak, serta Rp50 juta kepada atlet peraih medali perunggu.
Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa perhatian Pemerintah Provinsi NTT juga diberikan mulai dari hulu ke hilir, artinya mulai saat berprestasi dan sampai saat atletnya sudah tidak berprestasi.
Perhatian itu, seperti memberikan pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil atau pelatih dengan memberikan kursus kepelatihan agar berlisensi untuk melatih salah satu cabang olahraga yang ditekuninya.
KONI NTT saat ini sudah mengusulkan penerbitan peraturan daerah (perda) tentang olahraga, yang nantinya bisa mengatur dana pembinaan bagi para atlet.
Pelatih Kempo NTT George Hadjoh menilai bahwa saat ini perhatian pemerintah kepada para atlet sudah baik jika dibandingkan dengan zamannya saat masih menjadi atlet.
"Bayangkan saja sekarang atlet-atlet muda sudah mempunyai tabungan di masa mudanya, sedangkan kami dulu susah sekali untuk mendapatkan bonus," ujarnya.
Para atlet kempo asal Nusa Tenggara Timur itu berhasil meraih tiga medali emas, satu medali perak dan dua medali perunggu pada ajang bergengsi kejuaraan Shorinji Kempo World Taikai 2017 di California, Amerika Serikat yang diikuti 22 negara itu.
Andre menjelaskan bonus yang diberikan oleh Pemerintah NTT berupa uang yang totalnya mencapai Rp850 juta termasuk para pelatihnya.
"Jadi untuk atlet yang mendapatkan medali emas mendapatkan uang tunai sebesar Rp150 juta, perak Rp100 juta, perunggu Rp50 juta. Belum termasuk pelatihnya yang masing-masing mendapatkan Rp50 juta," tambahnya.
Menurut Andre, pemberian bonus tersebut seharusnya dilakukan pada 17 Agustus 2017 bertepatan dengan peringatan HUT ke-72 Kemerdekaan Indonesia, namun karena salah satu pelatih sekaligus pendiri Kempo NTT Barnabas nDdjoerumana meninggal dunia, sehingga masih tertunda.
Bonus dari Pemerintah NTT juga diberikan kepada pesepak bola Timnas Indonesia U-22 Yabes Roni yang telah membantu Garuda Muda Indonesia membawa pulang medali perunggu dalam ajang SEA Games 2017 di Malaysia setelah melumpuhkan Myanmar dengan skor, 3-1.