Pemandu wisata agar perbanyak penguasaan bahasa asing

id Asita

Pemandu wisata agar perbanyak penguasaan bahasa asing

Ketua ASITA NTT Abed Frans (Foto Antara/Kornelis Kaha)

Para pemandu wisata harus memperbanyak penguasaan bahasa asing agar bisa maksimal dalam melayani tamu-tamu mancanegara.
Kupang (AntaraNews NTT) - Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Nusa Tenggara Timur Abed Frans meminta pemandu wisata memperbanyak penguasaan bahasa asing agar bisa maksimal dalam melayani tamu-tamu mancanegara.

"Semakin banyak bahas asing yang dikuasai para guide kita maka lebih bagus, terutama kita juga akan menyambut ribuan wisatawan dari berbagai negara berkunjung ke Pulau Flores setelah kegiatan annual meeting IMF-World Bank di Bali pada Oktober 2018 mendatang," kata Abed Frans di Kupang, Rabu.

Ia mengatakan, dari sekitar 15.000 orang yang diperkirakan akan menghadiri pertemuan tahunan (annual meeting) IMF-World Bank tersebut, sepertiga di antaranya akan berkunjung ke Taman Nasional (TN) Komodo maupun Kelimutu di Pulau Flores.

Menurut Abed, para tamu yang hadir bukan wisatawan asing pada umumnya. Tamu-tamu itu merupakan kelas VVIP yang terdiri atas rombongan para menteri dan pejabat tinggi dari berbagai negara.

"Bahkan paket wisata yang ditawarkan ke tamu-tamu untuk wisata di NTT sekitar 60 lebih paket itu semuanya paket premium," katanya.

Untuk itu, menurut dia, semua aspek pelayanan meski dipersiapkan yang terbaik termasuk layanan pemandu wisata.

"Kami berharap teman-teman di guide ini terus memperbanyak kemampuan bahasa asingnya, jangan sampai hanya satu dua bahasa, inggris atau jerman saja, tapi harus lebih dari itu," katanya.

Abed meminta para pemandu wisata dapat mempersiapkan diri dengan baik sehingga bisa memberikan pelayanan yang prima. Apalagi identitas berupa foto para guide juga diminta para tamu.

"Jadi semua pelayanan dalam setiap paket diminta lengkap, tidak hanya `guide`, kapal-kapal wisata juga difoto semua dari fisik, mesin, hingga toiletnya untuk diketahui mereka," katanya.

Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) NTT Mesakh Toy secara terpisah, mengatakan jumlah pemandu wisata di provinsi itu tercatat hingga 2017 lalu yang terekam di database HPI pusat sekitar 298 orang tersebar di Pulau Flores dan Timor.

Khusus untuk destinasi wisata Labuan Bajo, katanya, tercatat sekitar 150-an pemandu yang melayani wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata tersebut sampai ke Komodo.

Namun, kapasitas sebagian besar pemandu lebih banyak yang menguasai bahasa Inggris dan Jerman. "Untuk kemampuan bahasa Jepang dan Spanyol mengalami trend peningkatan yang cukup signifikan, seiring dengan pesatnya arus kunjungan wisatawan dari kedua negara tersebut," katanya.