Pertumbuhan ekonomi NTT 2017 lebih lambat

id BI

Pertumbuhan ekonomi NTT 2017 lebih lambat

Kepala BI Perwakilan NTT Naek Tigor Sinaga (kanan) melakukan pertemuan dengan wartawan BI di Kupang. (ANTARA Foto/Kornelis Kaha)

"Pada 2017 perekonomian NTT tumbuh sebesar 5,16 persen (yoy, sementara pada 2016 perekonomian NTT ini tumbuh sebesar 5,17 persen (yoy)," kata Naek Tigor Sinaga.
Kupang (AntaraNews NTT) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Nusa Tenggara Timur merilis pertumbuhan ekonomi daerah itu pada 2017 sedikit melambat jika dibandingkan dengan 2016.

"Pada 2017 perekonomian NTT tumbuh sebesar 5,16 persen (yoy, sementara pada 2016 perekonomian NTT ini tumbuh sebesar 5,17 persen (yoy)," kata Kepala BI perwakilan NTT Naek Tigor Sinaga di Kupang, Kamis.

Hal ini disampaikan saat mengelar pertemuan dengan wartawan yang bertugas di BI dengan tema "Sasando Dia atau Sante-Sante Baomong Deng Media" di kantor BI perwakilan NTT.

Baca juga: Inflasi triwulan I NTT diperkirakan meningkat
Kepala BI Perwakilan NTT Naek Tigor Sinaga (Foto Antara/Kornelis Kaha)
Ia mengatakan bahwa indikator konsumsi yang terdiri dari konsumsi rumah tangga, lembaga non profit rumah tangga dan pemerintah seluruhnya menunjukkan peningkatan pertumbuhan, begitu pula Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTB)/investasi.

Namun, peningkatan PMTB/investasi dan konsumsi yang sejalan dengan peningkatan impor barang modal maupun konsumsi, baik dari dalam negeri dan luar negeri.

"Hal ini menyebabkan Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB NTT tergerus dan perekonomian tidak mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya," ujarnya.

Sementara itu berbicara soal inflasi NTT Tigor menagatakan bahwa inflasi provinsi berbasis kepulauan itu menunjukkan hasil yang menggembirakan.

"Walaupun sempat dibayangi kekuatiran adanya potensi kenaikan inflasi karena kenaikan tarif listrik, biaya perpanjangan STNK di awal tahun, kenaikan harga pulsa ataupun kenaikan biaya pendidikan tinggi," tambahnya.

Baca juga: 2017 Tahun Pemulihan Ekonomi Global

Namun tambahnya pada akhir tahun 2017 inflasi dapat mengalami penurunan yang cukup signifikan dengan nilai sebesar 2,00 persen (yoy).

Tigor mengakui bahwa capaian inflasi tersebut menjadi yang terendah dalam 17 tahun terakhir daerah itu, terutama disebabkan oleh turunnya harga sayur-sayuran dan bumbu bumbuan seiring dengan adanya peningkatan produksi.