Kupang (AntaraNews NTT) - Kepala Bank Indonesia Perwakilan Nusa Tenggara Timur Naek Tigor Sinaga menyatakan kredit macet atau non performing loan (NPL) di NTT masih di bawah lima persen.
"Walaupun kredit macet di NTT masih di bawah lima persen, namun ada kecenderungan terjadi peningkatan kredit macet di wilayah provinsi berbasis kepulauan ini," katanya kepada wartawan di Kupang, Senin (4/6).
Ia menjelaskan pada awal 2018 yakni per Januari, NPL atau kredit macet di NTT hanya 2,18 persen. Namun mulai Februari hingga April 2018 kredit macet di NTT naik menjadi 2,48 persen dibandingkan awal 2018.
"Begitu pula dengan kredit macet perbankan secara nasional masih dalam level manageble sebesar 2,79 persen. Sedang, pertumbuhan kredit perbankan di NTT pada April 2018 mencapai 17,03 (yoy) relatif stabil sejak awal 2018.
Terkait likuiditas industri perbankan di provinsi berbasis kepulauan itu, Tigor menilai masih terjaga meskipun rasio pinjaman terhadap simpanan loan to deposit (LDR) juga tergolong di atas normal sebesar 108.82 persen per April 2018.
Baca juga: Kredit Macet di NTT hanya 1,95 Persen
"Tren LDR cukup tinggi di NTT lebih dikarenakan banyak kantor bank nasional yang berlokasi di NTT mendorong penyaluran kreditnya di provinsi NTT terutama modal kerja sementara dananya berasal dari daerah lain di Indonesia," tambahnya.
Di samping itu, lanjut Tigor, likuiditas bank yang berkantor pusat di NTT masih sangat mencukupi, tercermin dari rasio likuditas terhadap noncore deposit yang terdiri dari 30 persen giro, 30 persen tabungan, dan 10 persen deposito.
Terkait kenaikan suku bunga acuan yang baru ditetapkan oleh BI pada 31 Mei, Tigor mengatakan tidak terlalu berpengaruh dengan suku bunga bank di NTT.