Padang (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan mengungkap salah satu penyebab masyarakat mudah tergiur dengan penawaran investasi bodong karena hanya mengedepankan untung semata dan abai dengan risiko investasi.
"Saat ada penawaran investasi, masyarakat umumnya hanya melihat satu sisi saja yaitu seberapa besar keuntungan yang diperoleh dan jarang berpikir ada risiko di sana," kata Kepala OJK Sumbar Yusri di Padang, Jumat.
Menurut dia karena masyarakat abai dengan risiko investasi tak jarang yang menjadi korban kalangan terpelajar bahkan juga ada pejabat.
"Masyarakat kurang hati-hati saat ada penawaran investasi, tidak mendalami apakah wajar atau tidak keuntungannya, statusnya legal atau tidak," katanya.
Akhirnya mereka hanya berhitung ketika investasi dengan tawaran keuntungan yang menggiurkan dalam sekian bulan modal akan balik.
"Belum lagi ada testimoni dari saudaranya yang sudah mendapatkan keuntungan yang besar, mereka tidak memikirkan lagi risikonya," ujar dia.
Oleh sebab itu selagi orang hanya berpikir untung dengan cepat namun mengabaikan risiko akan rawan terjerat investasi bodong.
Ia mengemukakan OJK terus melakukan edukasi bersama industri jasa keuangan agar masyarakat bijak dalam berinvestasi tidak hanya semata mengejar keuntungan namun juga mempertimbangkan risiko.
"Setiap investasi pasti ada risikonya," kata dia.
OJK telah menyediakan infrastruktur investasi yang lebih aman dan ada pengawasan terhadap perusahaan investasi tersebut.
Edukasi yang masif perlu dilakukan dan kemudian jika ada penawaran investasi yang diragukan maka mari tanyakan kepada OJK atau Satgas Waspada Investasi di daerah.
"Sehingga OJK bisa lebih cepat berkoordinasi dan mengantisipasi agar masyarakat tidak menjadi korban," katanya.
Pada posisi Maret 2022, SID didominasi oleh investor Reksa Dana yang mencapai 110.417 Investor dan investor saham sebanyak 54.313 investor.
Lalu investor Surat Berharga Negara (SBN) baru tercatat sebanyak 4.659 investor. Investor Efek Beragun Aset (EBA) baru sebanyak tiga investor.
Dari 54.313 investor saham 70,30 persen didominasi oleh usia di bawah 30 tahun. Jumlah SID Investor Saham tumbuh sebesar 66,38 persen dengan transaksi sebesar Rp1,81 triliun atau tumbuh sebesar 35,17 persen, katanya.
Baca juga: OJK NTT imbau warga terapkan 2L hadapi tawaran investasi
Baca juga: OJK NTT catat 68.796 entitas akses pinjaman dana secara daring
OJK ungkap penyebab masyarakat gampang tergiur investasi bodong
Saat ada penawaran investasi, masyarakat umumnya hanya melihat satu sisi saja yaitu seberapa besar keuntungan yang diperoleh...