Menengok dampak Sherpa G20 di Labuan Bajo bagi UMKM lokal
Saya sangat senang produk saya dibeli oleh turis yang datang untuk ikut pertemuan G20...
Labuan Bajo (ANTARA) - Lapak-lapak itu berjejer rapih di sisi salah satu ruangan Hotel Meruorah di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Aneka produk ekonomi kreatif karya warga lokal seperti kain tenun ikat, kopi, kelor, kerajinan dari bambu hingga berbagai produk cenderamata lain mengisi setiap lapak yang dijaga dua hingga tiga orang.
Produk-produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) itu disuguhkan kepada para delegasi pertemuan kedua Sherpa G20 di Labuan Bajo.
Kegiatan super penting itu dihadiri delegasi 19 negara anggota G20, 9 negara undangan, dan 10 organisasi internasional. Satu negara anggota G20 yang hadir virtual, yakni Amerika Serikat.
Para pelaku UMKM turut dilibatkan mengisi pameran dalam kegiatan itu, tidak hanya dari Kabupaten Manggarai Barat, namun juga dari daerah lain seperti Kabupaten Ngada.
Mereka hadir membawa produk-produk unggulan yang telah dikurasi dan dianggap sebagai produk yang bernilai jual tinggi yang layak untuk dipromosikan kepada komunitas global.
Pameran produk UMKM yang disaksikan pebisnis maupun pejabat penting dari berbagai negara adalah sebuah kesempatan istimewa untuk mendukung usaha mereka ke depan.
Keberadaan pelaku UMKM sendiri juga dipandang penting mengingat UMKM adalah sektor yang tengah menjadi perhatian Pemerintah agar menjadi penggerak kebangkitan ekonomi yang terpuruk akibat pandemi COVID-19.
Di dalam pertemuan kedua Sherpa G20, penguatan sektor UMKM juga salah satu isu penting yang dibahas para peserta terutama dalam konteks digitalisasi ekonomi.
"Di tengah perlambatan berbagai sektor, digitalisasi diharapkan terus bertumbuh dan menjadi solusi terutama bagi pelaku UMKM di tengah tengah pandemi," kata Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Digital dan Sumber Daya Manusia Dedy Permadi.
Para pelaku UMKM yang mengikuti pameran di Sherpa G20 dengan antusias dengan harapan besar produk mereka semakin terkenal di kancah global lewat ajang itu.
Tidak hanya menyuguhkan produk, di antara mereka juga memperagakan cara membuat produk seperti yang dilakukan Donata Sin yang menenun kain tenun ikat dengan alat tenun tradisional.
Pelaku UMKM yang memproduksi tenun ikat Songke Manggarai dari Desa Pontuara, Manggarai Barat, itu mengaku sangat bersyukur bisa menampilkan produk sekaligus menenun di hadapan orang-orang penting dari berbagai negara.
Sesekali ia dihampiri delegasi menghampiri dan mengapresiasi aksinya secara langsung. "Orang-orang dari berbagai negara jadi tahu kain tenun Songke Manggarai dan bagaimana cara menenun. Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya," katanya.
Promosi
Bagi pelaku UMKM, pameran bergengsi itu adalah adalah ajang promosi yang paling efektif karena disaksikan langsung oleh para pemangku kepentingan maupun pebisnis dari berbagai negara dunia.
Penjualan produk dianggap bukanlah yang utama namun efek promosi yang luas ke masyarakat global melalui para delegasi. Bagi mereka, produk mereka merupakan dampak ikutan.
"Yang paling utama itu orang-orang dari berbagai negara tahu dulu produk kami sehingga mereka bisa ceritakan ke rekan atau kenalan mereka" kata Markus Lina, pelaku UMKM dari Ngada yang memamerkan sejumlah produk unggulan seperti kain tenun ikat, kopi, dan produk kerajinan berbasis bambu.
Ia tak berambisi untuk menjual sebanyak mungkin produk yang dipamerkan. Ia yakin bahwa ketika produk sudah terkenal di mana-mana maka permintaan akan datang dengan sendirinya.
Markus Lina tampak sangat gembira dilibatkan dalam pameran setelah melalui kurasi produk yang difasilitasi PT PLN (Persero). Baginya, mengikut pameran di ajang sebesar G20 adalah mimpi indah yang menjadi kenyataan.
Pelaku UMKM yang memiliki sentra tenun ikat Forlavivian di Labuan Bajo, Wati Ontong juga meyakini promosi produk ke delegasi Sherpa G20 akan memberikan efek berganda yang sulit terhitung nilainya.
Ia tak perlu harus berjuang untuk bisa memamerkan produknya secara langsung di luar negeri, namun dengan mengikuti pameran di Labuan Bajo, produknya bisa dikenal oleh masyarakat dari berbagai negara.
Wati Ontong menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada pemerintah melalui Perusahaan Umum Daerah Bidadari Kabupaten Manggarai Barat yang telah memfasilitasi UMKM tenun ikat binaan untuk terlibat dalam pameran tersebut.
Apresiasi
Para delegasi pertemuan kedua Sherpa G20 di Labuan Bajo pun menunjukkan antusiasme dan apresiasi terhadap para pelaku UMKM yang mengikuti pameran.
Di setiap lapak yang dikunjungi, mereka mengambil kartu nama para pelaku UMKM sehingga bisa dihubungi ketika hendak membeli produk ekonomi kreatif yang diinginkan.
"Para delegasi telah mengambil kartu nama kami sehingga nanti bisa dihubungi kapan saja ketika mereka menginginkan produk kami," kata Wati Ontong.
Ia memaklumi bahwa para delegasi sangat sibuk dengan agenda pertemuan yang padat sehingga mengenal produk dan membawa kartu namanya saja merupakan bentuk apresiasi yang menggembirakan.
Apresiasi itu tidak hanya ditunjukkan para delegasi kepada pelaku UMKM di lokasi pameran. Ketika delegasi diajak berkunjung ke Pulau Komodo dalam program site visit, mereka pun membeli produk pelaku UMKM di sana seperti piring kaca, kaos, dan patung komodo.
"Saya sangat senang produk saya dibeli oleh turis yang datang untuk ikut pertemuan G20," kata Oni, pelaku UMKM di Pulau Komodo.
Oni berharap pelaksanaan Sherpa G20 mampu memperkenalkan produk UMKM yang dihasilkan oleh masyarakat setempat sehingga turis mancanegara dapat datang kembali dan berbelanja.
Oni, Dona Sin, Wati Ontong, Markus Lina dan sederetan pelaku UMKM lokal yang mengikuti pameran di Labuan Bajo telah merasakan manfaat langsung dari pelaksanaan pertemuan kedua Sherpa G20.
Beragam produk lokal dikenal para delegasi dari berbagai negara. Tidak hanya menguntungkan bagi usaha mereka ke depan namun suguhan mereka adalah bagian kekayaan Tanah Air yang menambah daya tarif pariwisata bagi masyarakat dunia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menengok dampak Sherpa G20 di Labuan Bajo bagi pelaku UMKM lokal
Aneka produk ekonomi kreatif karya warga lokal seperti kain tenun ikat, kopi, kelor, kerajinan dari bambu hingga berbagai produk cenderamata lain mengisi setiap lapak yang dijaga dua hingga tiga orang.
Produk-produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) itu disuguhkan kepada para delegasi pertemuan kedua Sherpa G20 di Labuan Bajo.
Kegiatan super penting itu dihadiri delegasi 19 negara anggota G20, 9 negara undangan, dan 10 organisasi internasional. Satu negara anggota G20 yang hadir virtual, yakni Amerika Serikat.
Para pelaku UMKM turut dilibatkan mengisi pameran dalam kegiatan itu, tidak hanya dari Kabupaten Manggarai Barat, namun juga dari daerah lain seperti Kabupaten Ngada.
Mereka hadir membawa produk-produk unggulan yang telah dikurasi dan dianggap sebagai produk yang bernilai jual tinggi yang layak untuk dipromosikan kepada komunitas global.
Pameran produk UMKM yang disaksikan pebisnis maupun pejabat penting dari berbagai negara adalah sebuah kesempatan istimewa untuk mendukung usaha mereka ke depan.
Keberadaan pelaku UMKM sendiri juga dipandang penting mengingat UMKM adalah sektor yang tengah menjadi perhatian Pemerintah agar menjadi penggerak kebangkitan ekonomi yang terpuruk akibat pandemi COVID-19.
Di dalam pertemuan kedua Sherpa G20, penguatan sektor UMKM juga salah satu isu penting yang dibahas para peserta terutama dalam konteks digitalisasi ekonomi.
"Di tengah perlambatan berbagai sektor, digitalisasi diharapkan terus bertumbuh dan menjadi solusi terutama bagi pelaku UMKM di tengah tengah pandemi," kata Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Digital dan Sumber Daya Manusia Dedy Permadi.
Para pelaku UMKM yang mengikuti pameran di Sherpa G20 dengan antusias dengan harapan besar produk mereka semakin terkenal di kancah global lewat ajang itu.
Tidak hanya menyuguhkan produk, di antara mereka juga memperagakan cara membuat produk seperti yang dilakukan Donata Sin yang menenun kain tenun ikat dengan alat tenun tradisional.
Pelaku UMKM yang memproduksi tenun ikat Songke Manggarai dari Desa Pontuara, Manggarai Barat, itu mengaku sangat bersyukur bisa menampilkan produk sekaligus menenun di hadapan orang-orang penting dari berbagai negara.
Sesekali ia dihampiri delegasi menghampiri dan mengapresiasi aksinya secara langsung. "Orang-orang dari berbagai negara jadi tahu kain tenun Songke Manggarai dan bagaimana cara menenun. Ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya," katanya.
Promosi
Bagi pelaku UMKM, pameran bergengsi itu adalah adalah ajang promosi yang paling efektif karena disaksikan langsung oleh para pemangku kepentingan maupun pebisnis dari berbagai negara dunia.
Penjualan produk dianggap bukanlah yang utama namun efek promosi yang luas ke masyarakat global melalui para delegasi. Bagi mereka, produk mereka merupakan dampak ikutan.
"Yang paling utama itu orang-orang dari berbagai negara tahu dulu produk kami sehingga mereka bisa ceritakan ke rekan atau kenalan mereka" kata Markus Lina, pelaku UMKM dari Ngada yang memamerkan sejumlah produk unggulan seperti kain tenun ikat, kopi, dan produk kerajinan berbasis bambu.
Ia tak berambisi untuk menjual sebanyak mungkin produk yang dipamerkan. Ia yakin bahwa ketika produk sudah terkenal di mana-mana maka permintaan akan datang dengan sendirinya.
Markus Lina tampak sangat gembira dilibatkan dalam pameran setelah melalui kurasi produk yang difasilitasi PT PLN (Persero). Baginya, mengikut pameran di ajang sebesar G20 adalah mimpi indah yang menjadi kenyataan.
Pelaku UMKM yang memiliki sentra tenun ikat Forlavivian di Labuan Bajo, Wati Ontong juga meyakini promosi produk ke delegasi Sherpa G20 akan memberikan efek berganda yang sulit terhitung nilainya.
Ia tak perlu harus berjuang untuk bisa memamerkan produknya secara langsung di luar negeri, namun dengan mengikuti pameran di Labuan Bajo, produknya bisa dikenal oleh masyarakat dari berbagai negara.
Wati Ontong menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada pemerintah melalui Perusahaan Umum Daerah Bidadari Kabupaten Manggarai Barat yang telah memfasilitasi UMKM tenun ikat binaan untuk terlibat dalam pameran tersebut.
Apresiasi
Para delegasi pertemuan kedua Sherpa G20 di Labuan Bajo pun menunjukkan antusiasme dan apresiasi terhadap para pelaku UMKM yang mengikuti pameran.
Di setiap lapak yang dikunjungi, mereka mengambil kartu nama para pelaku UMKM sehingga bisa dihubungi ketika hendak membeli produk ekonomi kreatif yang diinginkan.
"Para delegasi telah mengambil kartu nama kami sehingga nanti bisa dihubungi kapan saja ketika mereka menginginkan produk kami," kata Wati Ontong.
Ia memaklumi bahwa para delegasi sangat sibuk dengan agenda pertemuan yang padat sehingga mengenal produk dan membawa kartu namanya saja merupakan bentuk apresiasi yang menggembirakan.
Apresiasi itu tidak hanya ditunjukkan para delegasi kepada pelaku UMKM di lokasi pameran. Ketika delegasi diajak berkunjung ke Pulau Komodo dalam program site visit, mereka pun membeli produk pelaku UMKM di sana seperti piring kaca, kaos, dan patung komodo.
"Saya sangat senang produk saya dibeli oleh turis yang datang untuk ikut pertemuan G20," kata Oni, pelaku UMKM di Pulau Komodo.
Oni berharap pelaksanaan Sherpa G20 mampu memperkenalkan produk UMKM yang dihasilkan oleh masyarakat setempat sehingga turis mancanegara dapat datang kembali dan berbelanja.
Oni, Dona Sin, Wati Ontong, Markus Lina dan sederetan pelaku UMKM lokal yang mengikuti pameran di Labuan Bajo telah merasakan manfaat langsung dari pelaksanaan pertemuan kedua Sherpa G20.
Beragam produk lokal dikenal para delegasi dari berbagai negara. Tidak hanya menguntungkan bagi usaha mereka ke depan namun suguhan mereka adalah bagian kekayaan Tanah Air yang menambah daya tarif pariwisata bagi masyarakat dunia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menengok dampak Sherpa G20 di Labuan Bajo bagi pelaku UMKM lokal