Investasi di NTT tumbuh 5,20 persen

id BI

Investasi di NTT tumbuh 5,20 persen

Kepala BI Perwakilan NTT Naek Tigor Sinaga (kanan) ketika sedang memberikan keterangan pers. (ANTARA Foto/Kornelis Kaha)

Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi di Nusa Tenggata Timur mengalami pertumbuhan sekitar 5,20 persen dalam triwulan II/2018.
Kupang (AntaraNews NTT) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi di daerah ini mengalami pertumbuhan sekitar 5,20 persen dalam triwulan II/2018.

"Tingkat pertumbuhan investasi tersebut mengalami peningkatan jika dibadingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 5,09 persen," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT Naek Tigor Sinaga di Kupang, Kamis (4/10).

Ia menjelaskan peningkatan tersebut didorong oleh meningkatnya realisasi investasi bangunan dari pemerinah dan swasta seperti infrastruktur kelistrikan, jalan raya, dan perhotelan.

Sinaga menambahkan salah satu fokus penyelesaian proyek investasi infrastruktur pemerintah dan swasta berupa pengembangan kawasan Labuan Bajo dalam rangka mempersiapkan kunjungan delegasi IMF-World Bank setelah mengikuti kegiatan rapat tahunan internasional di Bali pada Oktober 2018.

Di sisi lain, lanjutnya, konsumsi secara agregat mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi 2,43 persen (yoy) dari triwulan sebelumnya sebesar 4,69 persen (yoy).

Baca juga: Belgia berminat investasi vanili di Flores Timur

Ia menjelaskan, konsumsi rumah tangga, lembaga non profit, dan pemerintah seluruhnya juga tumbuh melambat masing-masing menjadi 2,22 persen (yoy), 10,91 persen (yoy) dan 1,93 persen (yoy).

Dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 4,16 persen (yoy), 19,77 persen (yoy) , dan 4,13 persen (yoy).

Menurut Sinaga, kondisi ini tercermin pula dari peredaran komoditas antarprovinsi pada triwulan II yang terkontraksi lebih dalam sebesar -4,80 persen (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya -1,00 persen (yoy).

"Ini mengindikasikan bahwa distribusi barang konsumsi yang didatangkan dari daerah lain menurun," katanya.

Selain itu, realisasi investasi yang lebih tinggi pada triwulan II belum banyak membutuhkan barang dan jasa yang didatangkan dari daerah lain seperti mesin dan tenaga kerja. 

Baca juga: Investasi mangan di KIB mencapai Rp3 triliun