Pembangunan Pelabuhan Marina di Sikka dan Alor

id Marina

Pembangunan Pelabuhan Marina di Sikka dan Alor

Salah satu fasilitas pelabuhan Marina di Indonesia. (Foto Dok)

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur mengusulkan pembangunan pelabuhan Marina di Kabupaten Sikka, Pulau Flores dan Kabupaten Alor di Pulau Alor untuk mendukung arus kunjungan wisatawan yang datang ke daerah itu menggunakan kapal layar (yacht).
Kupang (Antara NTT) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur mengusulkan pembangunan pelabuhan Marina di Kabupaten Sikka, Pulau Flores dan Kabupaten Alor di Pulau Alor untuk mendukung arus kunjungan wisatawan yang datang ke daerah itu menggunakan kapal layar (yacht).

"Usul itu telah disampaikan kepada pemerintah pusat untuk proses pembangunannya dengan dukungan anggaran dari dana alokasi umum (DAK). Usul pembangunan pelabuhan Marina tersebut sudah dilengkapi pula dokumen Detail Engineering Design (DED)," kata Gubernur NTT Frans Lebu Raya di Kupang, Rabu.

Gubernur dua periode itu menjelaskan, pemerintahannya telah menyiapkan empat dokumen Kajian Study Survey Investigasi Design (SID) untuk pembangunan pelabuhan Marina di empat kabupaten yakin Kabupaten Sikka, Alor, Flores Timur dan Ende.

"Dua daerah di Sikka dan Alor yang telah memiliki dokumen DED telah kita usulkan untuk dibangun, kami berharap ada dukungan DAK yang memadai agar secara bertahap semuanya bisa dibangun," katanya.

Lebih lanjut, ia mengatakan pembangunan pelabuhan Marina di provinsi selaksa nusa itu yang sedang dalam proses yakni di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat sebagai salah satu destinasi wisata unggulan nasional yang terkenal dengan Taman Nasional Komodo.

Pelabuhan Marina di Labuan Bajo, lanjutnya, telah diagendakan pembangunannya oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan yakni PT Pelindo III.

"Saat ini telah dilakukan relokasi Pelabuhan Perikanan setempat sehingga nantinya dimanfaatkan untuk pelabuhan Marina," katanya.

Menurutnya, pembangan sejumlah infrastruktur pendukung kemajuan pariwisata terutama di daerah yang menjadi pusat daya tarik wisata yang tersebar di provinsi kepulauan itu.

"Tentu pemerintah terus mendorong pembangunan dan pengembangan daya tarik wisata di NTT baik dari aspek fasilitas di luar akomodasi, kekuatan atraksi, aksesibilitas, dan managemen pengelolaan," katanya.

Untuk itulah, lanjutnya, dilakukan kajian-kajian melalui studi perencanaan, dan mendorong peran serta lintas sektor serta intervensi anggaran dari Pusat untuk pembangunan dan penataan pariwisata.

"Harapan kita sektor pariwisata ke depannya betul-betul menjadi unggulan dari `new tourisme territory` yang dampaknya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di provinsi ini," kata Gubernur Lebu Raya.

Gencar promosi
Sementara itu, Kadis Pariwisata Nusa Tenggara Timur Marius Ardu Jelamu mengatakan pihaknya tetap gencar mempromosikan destinasi bahari di daerah ini untuk menarik wisatawan nusantara dan mancanegara guna mewujudkan NTT sebagai destinasi utama pariwisata di Indonesia pada tahun 2018.

Untuk maksud tersebut katanya saat ini pihaknya sedang menyosialisasikan draf rencana pengembangan dan rencana bisnis menonton paus dan lumba-lumba kepada sejumlah stakeholder di Provinsi NTT untuk menjaring masukan untuk penyempurnaan draf itu.

"Perairan provinsi NTT memiliki habitat perairan laut dalam, serta menjadi wilayah perlintasan 18 jenis paus. Termasuk dua spesies paus yang langka dan kharismatik yaitu paus biru (Balaenoptera Musculus) dan paus sperma (Physeter macrocephalus)," katanya.

Alamnya dan kontur kedalaman laut perairan NTT sangat curam. Kontur ini menjadikan kawasan perairannya sangat potensial untuk menjadi akses pengamatan paus. 

"Semua hal ini akan memberi kontribusi bagi upaya pencapaian tekad pemerintah untuk menjadikan NTT sebagai provinsi pariwisata, serta keinginan mewujudkan NTT sebagai destinasi utama pariwisata di Indonesia pada tahun 2018," katanya.

Ia menjelaskan, hal lain yang perlu diperhatikan adalah paus merupakan spesies karismatik yang dilindungi sesuai regulasi internasional. Maka, setiap pengembangan kegiatan menonton paus di perairan Indonesia harus dilakukan dalam kerangka manajemen yang ketat.

"Tanpa pedoman yang mewadai yang ditaati oleh seluruh stakeholder, masyarakat dan wisatawan, maka kegiatan ini dapat mengancam kelestarian populasi paus yang melintasi perairan NTT," jelasnya.

Marius berharap semua pelaku usaha melihat itu sebagai potensi baru, sehingga yang memiliki kapal laut dan kapal besar bisa ikut berpartisipasi. Wisata menonton paus ini juga agar kita mendidik masyarakat untuk bisa memelihara dan mengonservasi biota laut kita, supaya kelestarian alam ini bisa selalu terjaga," ujarnya.

Dia mengatakan kemunculan paus yang melintasi NTT sedang menjadi bahan perbicangan penggemar wisata bawah laut. "Para penyelam pun sangat ingin berpose di dekat paus itu, karena tidak selalu berkesempatan ketemu dengan paus dengan berbagai jenis itu," katanya.

Menurutnya, paus yang muncul lama di suatu perairan dan tidak segera pergi itu termasuk atraksi yang pertama di dunia.

"Ini atraksi yang luar biasa, apalagi bila sampai bisa berfoto dengan paus di NTT, sehingga kemunculan paus itu dijaga, agar jangan sampai mati, karena tidak akan ditemukan di seluruh dunia. Itu poin yang hebat buat pariwisata," katanya.