Ahli dan chef membagikan cara mengolah sekaligus jaga seafood Indonesia Timur

id seafood,cara olah seafood,ekosistem laut,seafood indonesia timur,boga bahari, seafood

Ahli dan chef membagikan cara mengolah sekaligus jaga seafood Indonesia Timur

Ilustrasi ikan tangkapan laut. (Foto oleh Alexander Zvir dari Pexels)

...Masyarakat yang tinggal di pesisir bercerita, beberapa jenis ikan mulai sulit ditemukan, misalnya, napoleon. Ukuran tuna dan tenggiri semakin kecil, wilayah tangkapnya pun semakin jauh, kata Mida melalui keterangan pers yang diterima di Jakarta, K
Jakarta (ANTARA) - Ocean Program Manager Yayasan EcoNusa Mida Saragih dan alumni Masterchef Indonesia musim 8 La Ode membagikan fakta dan cerita agar masyarakat tetap bisa menikmati seafood dari kawasan timur Indonesia sekaligus menjaga ekosistem perairannya yang mulai terancam.

“Masyarakat yang tinggal di pesisir bercerita, beberapa jenis ikan mulai sulit ditemukan, misalnya, napoleon. Ukuran tuna dan tenggiri semakin kecil, wilayah tangkapnya pun semakin jauh,” kata Mida melalui keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis, (8/12/2022).

Dia menambahkan, hal ini merupakan akibat dari eksploitasi berlebihan sehingga proses regenerasi ikan terganggu. Apalagi, jika nelayan menggunakan alat tangkap yang merusak seperti bom, cantrang atau pukat, yang tidak bisa menangkap ikan secara selektif.

Menurut Mida, cerita masyarakat pesisir tentang menghilangnya napoleon terkonfirmasi oleh data pemerintah. Berdasarkan data resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), napoleon (Cheilinus undulatus) merupakan salah satu ikan karang yang tergolong berstatus merah di laut Indonesia timur.

Meski demikian, ikan ini masih boleh ditangkap dan disantap dengan catatan hanya dalam ukuran tertentu saja sesuai aturan pemerintah. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan, ukuran yang boleh ditangkap adalah ikan berukuran lebih kecil dari 100 gram dan berukuran antara 1.000-3.000 gram.

Sementara itu La Ode, yang tinggal di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, dan sehari-hari menyantap seafood segar, bercerita kini dia juga kesulitan menemukan napoleon. Di pasar-pasar di Kendari napoleon sulit didapatkan sehingga dia harus mencari ke pulau sekitar, seperti Wakatobi atau Buton.

Menurut La Ode, napoleon merupakan ikan laut yang dagingnya paling manis di antara banyak ikan laut lain. Dia berbagi tip penting jika sukses menemukan ikan napoleon dan ingin memasaknya.

“Kulit napoleon yang cenderung agak tebal melindungi dagingnya yang lembut, sehingga tidak hancur ketika proses memasak. Masak saja napoleon dalam kondisi utuh. Sebab, kalau dipotong atau diiris, tekstur dagingnya bisa rusak,” kata dia.

La Ode juga mengajak pencinta seafood untuk sama-sama menjaga ekosistem laut. Menurutnya, cara paling mudah adalah tidak mengonsumsi hasil laut yang memang belum layak untuk dipanen, misalnya telur kepiting dan bayi gurita.

“Itu sama dengan memusnahkan ribuan bibit. Akibatnya, populasi mereka bisa habis,” ujar dia.

Untuk menjaga ketersediaan seafood di alam, sejumlah kelompok masyarakat adat menerapkan aturan adat, yang kemudian sejalan dengan aturan negara. Sebagai contoh Maluku memiliki praktik sasi, yaitu larangan menangkap hasil laut dalam kurun waktu tertentu, sementara di Sorong, Papua Barat, sistem itu disebut dengan egek.

“Prinsipnya, setelah masa panen, hasil laut yang masih berada di laut dibiarkan tumbuh dan berkembang dahulu selama beberapa tahun, sebelum waktu panen berikutnya. Saat panen, masyarakat akan menjual hasil laut sesuai kesepakatan bersama,” kata Mita.

“Ketika melakukan tutup egek, mereka mengawasi alat tangkap yang boleh digunakan. Potasium sianida, yang merupakan bius tradisional, dilarang digunakan di wilayah tangkap mereka,” imbuh Mida.

Di samping itu, Mida juga menegaskan pentingnya mengurangi sampah plastik sehingga laut akan lebih bersih. Jika masyarakat berpikir kritis apakah ikan yang dibeli telah ditangkap dengan alat yang merusak atau tidak serta hanya mengonsumsi ikan yang ditangkap secara lestari dan layak panen, nelayan terdorong lebih selektif memilih alat tangkap.

“Kita harus menjadi konsumen yang hebat, keren, dan bijak. Pilihan kita sebagai konsumen akan menentukan cara produksi perikanan tangkap dan kesehatan laut,” kata Mida.


Baca juga: PLN NTT latih puluhan perempuan Sumba Timur olah hasil laut
Baca juga: Nelayan Lembata jarang ekploitasi ikan di Laut Flores





Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ahli dan chef bagikan cara olah sekaligus jaga seafood Indonesia Timur