Telaah - Impor pakaian bekas: siapa untung?

id Thrifting,pakaian bekas impor ilegal,tekstil,produk lokal,umkm Oleh Nanang Sunarto*)

Telaah - Impor pakaian bekas: siapa untung?

Dokumen - Situasi pusat pakaian bekas impor (thrifting) di lantai 2 Pasar Senen Blok III, Jakarta Pusat, Selasa (21/3/2023) (ANTARA/Mentari Dwi Gayati)

Yang namanya impor pakaian bekas (thrifting), sangat mengganggu industri dalam negeri...

Sedangkan Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudistira mengemukakan, nilai impor pakaian bekas tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sekitar Rp60-an triliun impor pakaian jadi dari Tiongkok.

Ironisnya, menurut dia, saat ekspor produk pertekstilan Indonesia anjlok akibat dampak COVID-19, lalu dampak Perang Rusia-Ukraina yang membuat rantai pasokan barang terganggu, impor pakaian jadi, terutama dari China, justru terus naik.

Impor produk tekstil Indonesia, termasuk pakaian jadi, yang terpantau pada 2022 (Januari – September) 5,89 miliar Dolar AS atau naik 11,8 persen dibandingkan tahun 2021 sebesar 5,26 miliar Dolar AS.

Nilai impor tertinggi dari Tiongkok 4,04 miliar Dolar AS, disusul Korea Selatan (912 juta Dolar AS) dan Vietnam 654,7 juta Dolar AS, lalu berturut-turut Hong Kong, Taiwan, AS, dan Brazil.

Di Indonesia, industri pertekstilan mengalami masalah permodalan, misalnya untuk peremajaan mesin, karena tingginya suku bunga usaha (sampai di atas 10 persen), masalah agunan dan lainnya, berbeda dengan Pemerintah Vietnam yang memberikan berbagai insentif bagi industrinya.

Berbagai “brand” pakaian kesohor kelas dunia kini juga mengalihkan produksinya ke negara-negara yang tenaga kerjanya murah, seperti China, India, dan Bangladesh, bahkan negeri pendatang baru, Ethiopia.

Tanpa strategi, harga bersaing, model mengikuti selera calon pembeli dan pemasaran gencar, produk Indonesia tidak bisa bersaing secara head to head.

Jadi intinya, Bhima juga mengamini, kehadiran pakaian impor bekas bukan satu-satunya persoalan yang dihadapi industri pertekstilan nasional, tetapi yang lebih mencemaskan adalah impor pakaian baru yang jauh lebih masif nilai dan jumlahnya.

Bisnis pakaian bekas sebenarnya juga mendunia, seperti tercermin dari transaksi perdagangan global pakaian bekas berdasarkan penggolongan (harmonized system-HS 6309) yang nilainya pada 2022 sampai 119 miliar Dolar AS (sekitar Rp1.464 triliun).

Lima negara pengekspor utama pakaian bekas, yakni AS, China, Inggris, Jerman dan Korea Selatan, sebaliknya pengimpor terbesar adalah Ghana, Ukraina, Pakistan, Uni Emirat Arab, dan Nigeria.

Di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, penawaran fesyen bekas atau diistilahkan sebagai preloved sudah dikenal lama, bahkan, menurut hasil survei Boston Consulting Group, diminati oleh kelompok Generasi Z yang menggandrungi produk bekas berkelas.

Ke depannya, jika praktik thrifting distop total, perlu dipikirkan pengalihan nafkah bagi orang yang cuma menjual, membasmi importir ilegal, mendorong industri pertekstilan lokal agar berdaya saing, serta menyosialisasikan bahaya pakaian bekas bagi kesehatan.

*) Nanang Sunarto; Mantan Wapempelred ANTARA.

Baca juga: Mendag musnahkan 824 bal pakaian bekas impor senilai Rp10 miliar

Baca juga: Menkop UKM bilang Impor pakaian bekas ancam UMKM dan nasib 1 juta tenaga kerja

Baca juga: Legislator Adian Napitupulu pertanyakan kebijakan pemerintah larangan pakaian impor




 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Impor pakaian bekas: siapa untung?