Artikel - Lubuk Nyarai, "surga tersembunyi" yang menjadi kehidupan baru di hutan

id hutan gamaran, wisata minat khusus, kelestarian alam, pelestarian hutan,artikel alam,artikel

Artikel - Lubuk Nyarai, "surga tersembunyi" yang menjadi kehidupan baru di hutan

Pengunjung berada di tepian Lubuk Nyarai, Hutan Gamaran, Nagari Salibutan, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. ANTARA/Iggoy el Fitra.

...Wisatawan ditawarkan paket Pohon Asuh. Bibit tanaman diberikan dan setelah ditanam dipasang barcode di pohon tersebut sebagai penanda pohon itu milik dari si penanam

Pokdarwis Ekowisata Nyarai menawarkan lima paket wisata minat khusus untuk menikmati kawasan Lubuk Nyarai dan sekitarnya.

Ritno Kurniawan sekaligus Ketua Pokdarwis menyebutkan untuk trekking pengunjung dikenai tarif Rp30 ribu per orang dengan jumlah rombongan minimal lima orang. Biaya tersebut sudah termasuk jasa pemandu yang berlisensi.

Paket pertama yakni trekking sejauh 5,5 kilometer ke Air Terjun Nyarai, kedua paket kemping di empat titik kawasan ekowisata Nyarai. Berikutnya paket menembak ikan di Batang Salibutan, kemudian paket memancing ikan Gariang di Lubuk Larangan, dan terakhir paket melihat burung Kuau.

Daya tarik ekowisata Nyarai Hutan Gamaran adalah Air Terjun Nyarai dengan lubuknya yang asri. Secara geologi, kolam di Nyarai terbentuk secara alami dengan adanya fenomena breksi yaitu pusaran air yang menggerus dinding kolam jutaan tahun lalu.

Selain Air Terjun Nyarai, pengunjung bisa menikmati spot-spot lain di sepanjang perjalanan. Perjalanan yang normalnya sekitar dua jam bisa lebih lama jika ditambah dengan menikmati keindahan lubuk, flora serta fauna yang ada.

Pengunjung akan disajikan nuansa sungai berpasir dengan lubuknya yang hijau dan dinamai Lubuk Ngungun. Perjalanan ke titik ini masih landai melewati areal pesawahan. Di Lubuk Ngungun pengunjung bisa mandi dan berenang dengan meloncat dari atas batu berukuran besar.

Setelah titik ini, pengunjung bisa melanjutkan perjalanan menuju Lubuk Batu Tudung. Untuk mencapai lokasi ini pengunjung harus menyiapkan tenaga lebih karena medan jalan yang mulai curam, dan berbatu. Apabila hujan, perjalanan akan lebih sedikit menantang.

Tidak hanya medan jalanan yang terbilang cukup menantang, di sepanjang perjalanan pengunjung juga mesti bersiap-siap karena akan ditemui banyaknya pacet atau lintah. Hal itu menandai pengunjung sudah memasuki kawasan hutan atau gunung. Untuk mengurangi serangan pacet, pengunjung disarankan untuk tidak sering berhenti di perjalanan.

Sep Million Dollar Man (30), pemandu wisata Lubuk Nyarai, mengatakan pacet atau masyarakat setempat menyebutnya acek    merupakan hal biasa yang ditemui di sepanjang perjalanan.

"Kami sudah menyediakan sepatu khusus trekking untuk mengurangi pacet masuk ke dalam sepatu," kata Sep yang hanya menggunakan sandal jepit.

Sep yang merupakan mantan pembalak liar itu sudah terbiasa keluar masuk hutan dengan sendal jepit sehingga baginya bukan masalah serius jika terkena isapan pacet.

Pria tersebut mengaku sudah bergabung dengan pemandu Ekowisata Nyarai sejak tahun 2014. Padahal, dulunya ia bekerja membawa kayu dari hutan hasil dari pembalakan liar.

Sambil memandu wisatawan, ia juga mengedukasi agar setiap sampah makanan dan minuman yang dibawa tidak dibuang sembarangan. Oleh karena itu, pengunjung disarankan membawa botol minum yang bisa diisi ulang guna mengurangi sampah plastik.

"Hampir semua aliran sungai di kawasan ini bisa diminum langsung, airnya segar dan dingin," kata Sep sembari meneguk minumannya.

Setelah Lubuk Ngungun, pengunjung akan menemui Lubuk Batu Tudung dan harus turun ke bawah karena berada cukup jauh dari jalan setapak. Tidak jauh dari Lubuk Batu Tudung akan ditemui spot selanjutnya yakni Lubuk Batu Pacah, Batu Gantung, dan Lubuk Kasai.

Jika beruntung pengunjung bisa menyaksikan sejumlah fauna sepanjang perjalanan seperti burung Kuau Raja, burung Enggang dan Surili Sumatera seekor monyet merah yang biasa disebut Simpai oleh warga setempat.

Sekitar 700 meter sebelum sampai di Lubuk Nyarai, pengunjung harus melewati sungai yang cukup luas dan deras. Untuk melewati sungai tersebut, pengunjung mesti berhati-hati. Tidak hanya arusnya yang cukup deras namun bebatuan di sungai itu juga licin.

Baca juga: Artikel - Pulau Rinca Taman Nasional Komodo sebagai wisata alam dan edukasi

Tak berapa lama dari lokasi tersebut pengunjung akan tiba di Air Terjun Nyarai dengan lubuknya yang alami. Air terjun kecil meluncur di antara bebatuan besar ke kolam berwarna hijau tersebut.

Jika ingin menikmati keseluruhan Nyarai, pengunjung harus melintasi pohon kayu yang secara alami menjadi jembatan menuju batu besar setinggi tiga meter tempat di mana wisatawan duduk dan bersantai.

Baca juga: Artikel - Menjaga habitat agar si raja rimba

Ardi Suryanto, pengunjung, mengaku takjub dengan keindahan Lubuk Nyarai. "Entah sudah ke berapa kali saya ke sini, tapi Nyarai seperti 
surga yang jatuh ke Bumi," ujarnya.

Lubuk Nyarai kini terus berbenah. Bukan tidak mungkin objek wisata minat khusus yang hanya menjangkau sebagian orang-orang tertentu itu, bisa saja ke depannya dikunjungi semua orang. Lubuk Nyarai tidak lagi terkesan jauh, namun terasa dekat.

Baca juga: Artikel - Saskia, perempuan pejuang mangrove dari kampung Lantebung

Meskipun gaungnya terdengar ke seluruh Nusantara dan dunia, Nyarai tetap seperti dulu. Tidak riuh dan hanya menyisakan suara air dan nyanyian burung Kuau.






 



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Lubuk Nyarai, "surga tersembunyi" yang jadi kehidupan baru di hutan