Artikel - Sabotase Thailand terhadap upaya damai ASEAN untuk Myanmar

id Konflik Myanmar,Prayuth Chan-ocha, Konsensus Lima Poin ASEAN,Junta Myanmar,artikel internasional Oleh Jafar M Sidik

Artikel - Sabotase Thailand terhadap upaya damai ASEAN untuk Myanmar

Anggota gerilyawan militer People's Defense Forces (PDF) berjaga malam di garis depan di Kawkareik, Myanmar (19/12/2021). Foto diambil pada 19 Desember 2021. Konflik antara junta Myanmar dan milisi negara itu dimulai sejak kudeta terhadap pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021. ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/wsj.

Pemerintahan Prayuth Chan-ocha berkilah Thailand terpaksa menempuh langkah ini karena dampak langsung yang dihadapinya dari krisis Myanmar jauh lebih nyata dan lebih besar ketimbang yang dirasakan negara-negara ASEAN lainnya...
Prayuth Chan-ocha berusaha memberikan legitimasi kepada junta Myanmar yang akhirnya bakal mempersulit langkah pemerintah sipil Thailand mendatang dalam kaitannya dengan Myanmar sehingga tak bisa berbuat banyak, apalagi membuat terobosan dalam konflik Myanmar.

Ini karena September tahun ini keketuaan ASEAN akan diambil alih Laos yang juga akomodatif kepada junta Myanmar dan menghadiri pembicaraan di Pattaya pada Senin 19 Juni seperti digagas Thailand itu.

Namun, sehari setelah pertemuan Pattaya itu, calon Perdana Menteri Thailand dan pemimpin Partai Move Forward Pita Limjaroenrat menegaskan kembali dukungan kepada solusi damai ASEAN untuk Myanmar.

Kalaupun pertimbangan politik domestik yang lebih melukiskan pertarungan antarfaksi politik di dalam negeri Thailand ketimbang mencerminkan kepentingan nasional sejati negara itu, maka manuver-manuver Thailand dalam mengundang junta tetap tak elok.

Pemerintahan Prayuth Chan-ocha berkilah Thailand terpaksa menempuh langkah ini karena dampak langsung yang dihadapinya dari krisis Myanmar jauh lebih nyata dan lebih besar ketimbang yang dirasakan negara-negara ASEAN lainnya, mengingat Thailand memiliki perbatasan yang sangat panjang dengan Myanmar.

Ironisnya, alasan ini dimentahkan oleh hasil pemilu Thailand bulan lalu dengan mayoritas rakyat Thailand justru menolak tafsir kekuasaan pemerintahan Prayuth Chan-ocha, termasuk dalam kaitannya dengan solusi di Myanmar.

Kebanyakan rakyat Thailand justru memilih partai-partai oposisi, khususnya Partai Move Forward pimpinan Pita Limjaroenrat yang di antara janjinya membawa Thailand kembali bergerak dalam kendaraan besar ASEAN, bukan semata demi pertimbangan Thailand atau apalagi negara-negara tertentu yang memengaruhi orientasi sikap Thailand, termasuk China.

China sendiri berkepentingan dengan status quo di Myanmar karena memiliki kepentingan strategis dan ekonomis yang besar sekali, termasuk menjadikan Myanmar sebagai jalur singkat perdagangan ketimbang harus menggunakan Laut China Selatan dan Selat Malaka.

Baca juga: Artikel - Yang tersingkap dari kontra-ofensif Ukraina

Bukan hanya China, karena India yang juga memiliki perbatasan panjang dengan Myanmar, pun berkepentingan dengan status quo di Myanmar.

India dan China memiliki kapabilitas untuk bergerak sendirian yang pada tingkat tertentu bisa menciptakan hubungan tidak setara dengan negara-negara lain ketika interdependensi berubah menjadi dependensi kepada negara berpostur raksasa seperti India dan China.

Baca juga: Artikel - Pesan rekonsiliasi dan kesetaraan di balik Timor Leste masuk ASEAN

Sebaliknya, negara-negara yang tak bisa bergerak sendirian seperti Indonesia dan Thailand, memerlukan mekanisme bersama. Inilah yang harus disadari Thailand.

Untuk itu, penting bagi Thailand untuk kembali kepada mekanisme ASEAN yang selama diketuai Indonesia, sejauh ini lantang mendengungkan persatuan ASEAN.



Editor: Achmad Zaenal M

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Sabotase Thailand terhadap upaya damai ASEAN untuk Myanmar