Labuan Bajo investasi kader dan PMT lokal untuk tekan stunting

id Stunting,Puskesmas Labuan Bajo,Kader,PMT

Labuan Bajo investasi kader dan PMT lokal untuk tekan stunting

Kepala Puskesmas Labuan Bajo, NTT, Vinsensius Paul saat ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (15/7/2023). ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari

Kedua program ini, pembangunan kader dan PMT harus saling berkesinambungan...
Labuan Bajo, NTT (ANTARA) -
Kepala Puskesmas Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Vinsensius Paul bersama para kepala desa menginvestasikan anggaran kesehatan untuk pembangunan kader dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal untuk menekan angka stunting.
 
"Kedua program ini, pembangunan kader dan PMT harus saling berkesinambungan. Kita berharap ada pemberdayaan masyarakat, jadi kita ingin masyarakat tahu kalau sayur dan daging itu penting, dan itu bisa kita bangun kalau kadernya sudah dibekali dengan pengetahuan yang tepat," kata Vinsen saat ditemui di Puskesmas Labuan Bajo, Sabtu, (15/7/2023).
 
Vinsen menyebutkan, program PMT lokal sudah mulai diterapkan di Labuan Bajo, dengan memberikan simulasi pemberian makanan pada anak, mengedukasi mana jenis-jenis makanan apa yang mengandung protein, karbohidrat, atau vitamin untuk memenuhi nutrisi mereka.
 
"Kita sudah turun ke setiap desa, ada simulasi pemberian makanan pada anak berdasarkan jenisnya, jadi kita langsung praktek di sana, mana makanan yang cocok untuk anak umur 6-9 bulan misalnya, kita berikan simulasi kepada mereka lalu memberi contoh makanan bergizi itu seperti apa," tuturnya.
 
Ia menegaskan, ke depan, bahan pangan lokal bisa menjadi jargon penurunan stunting di Indonesia. Ia juga berharap agar tak ada lagi bantuan berupa biskuit agar pemerintah bisa lebih fokus pada PMT lokal.
 
"Kita berharap pemerintah pusat mendukung kita, saya pribadi tidak terlalu suka menerima bantuan makanan dalam bentuk susu atau biskuit, karena tidak akan muncul pemberdayaan masyarakat di situ," ucap dia.
 
Terkait peningkatan SDM serta pembangunan kapasitas kader, Puskesmas Labuan Bajo telah membangun mitra yang berkelanjutan bersama Yayasan Seribu Cita Bangsa atau 1.000 Days Fund.
 
"Setelah dilakukan intervensi oleh Yayasan Seribu Cita Bangsa terkait peningkatan kemampuan tenaga kesehatan (nakes), dengan dukungan narasumber yang berskala nasional, kita dapat ilmu-ilmu baru berkaitan dengan kemampuan tenaga kesehatan, sehingga mereka lebih semangat mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat di tengah masyarakat," ujar dia.

Menurutnya, rata-rata kader yang sudah diintervensi dan diedukasi oleh 1.000 Days Fund sudah bisa mensosialisasikan kepada masyarakat terkait jenis makanan yang layak dikonsumsi oleh keluarga.
 
"Dukungan anggaran kita melalui peningkatan kapasitas kader, kegiatannya orientasi Praktek Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA), dan lewat Yayasan Seribu Cita Bangsa ini kita jadi bisa memperkuat peningkatan kapasitas tersebut," katanya.

Ia berharap, anggaran yang diberikan pemerintah pusat baik melalui Dana Alokasi Khusus Non Fisik maupun bantuan operasional kesehatan bisa terus diberikan kepada pemda, khususnya puskesmas.

"Saya berharap alokasi anggaran ini tidak berhenti, ke depan tetap ada, apakah itu melalui PMT, termasuk dana operasional untuk tenaga yang melaksanakan kegiatan, karena kita masih butuh dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes)," kata dia.
 
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan bahwa anggaran yang disediakan untuk membeli biskuit sebagai salah satu upaya mengatasi stunting di tiap daerah sudah dihentikan dan dialihkan penggunaannya.

“Anggaran untuk pembelian susu dan biskuit sekarang sudah tidak ada lagi. Untuk semua posyandu anggarannya adalah anggaran untuk membeli produk makanan protein hewani,” kata Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono.

Baca juga: Manggarai Timur berupaya tingkatkan peran ayah cegah stunting

Baca juga: Wabup Manggarai Barat sebut angka stunting tersisa satu digit