Kupang (ANTARA) - Ketua Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Merry Kolimon menilai Uskup Emeritus Keuskupan Agung Kupang Mgr. Petrus Turang adalah orang tua yang sangat berjiwa gembala tidak hanya bagi umat Katolik tetapi juga bagi gereja Protestan di NTT.
"Relasinya dengan gereja Protestan di NTT, khususnya, dengan GMIT sangat baik," katanya kepada ANTARA di Kupang, Sabtu.
Dia menceritakan bahwa pada waktu Gereja merayakan 500 tahun Gereja Reformasi (2017) mendiang Mgr. Petrus Turang hadir dan merayakan bersama-sama umat GMIT.
"Kami berbicara mengenai penyembuhan ingatan kedua gereja yang kita cintai terkait sejarah masa lalu dan kesaksian bersama sebagai satu Tubuh Kristus dalam konteks masyarakat Indonesia majemuk," ujar mantan Ketua Sinode GMIT itu.
Dia menceritakan bahwa selama menjadi Ketua Sinode selama delapan tahun, hubungan dia sebagai Ketua Sinode GMIT sangat baik, baik itu sebagai kawan sesama gembala, juga seperti orang tua dan anak.
Tak hanya itu, Merry menceritakan bahwa saat dirinya menerima penghargaan di Eropa tahun 2017 lalu, mendiang uskup beliau turut bersukacita dan memberikan uang saku berupa sejumlah dollar Amerika untuk bekal di perjalanan.
"Saya sangat menghargai beliau sebagai orang tua yang baik hati. Setiap kali bertemu, beliau tidak hanya berjabat tangan, tetapi memeluk sebagai saudara dalam Tuhan," ujar dia.
Merry menambahkan bahwa Mgr.Petrus
tidak hanya menjadi orang tua dan gembala bagi Umat Katolik di Keusukupan Agung Kupang, tetapi juga bagi umat beragama yang lain.
Dia juga mengenal Mgr Petrus sebagai tokoh agama yang selalu berbicara apa adanya dan tak segan menegur dan mengkritik para pejabat pemerintah dan gereja secara terbuka jika ada hal yang menurutnya perlu dikoreksi.
"Bahkan dia juga tak segan mengakui serta memberi apresiasi kepada mereka yang bekerja baik. Kita semua kehilangan Bapak Uskup Turang," kata dia.*

PGI menilai mendiang Mgr Petrus Turang adalah gembala bagi gereja NTT


Kedatangan jenazah uskup emeritus Keuskupan Kupang Mgr. Petrus Turang di Istana Keuskupan Agung Kupang. ANTARA/Kornelis Kaha